Ketua SBKI Jogja : “8 Jam Kerja, Barang Mahal buat Kami!”

 


Yogyakarta – Slamet Raharjo, Ketua Serikat Buruh Konstruksi Indonesia (SBKI), bertempat tinggal di Gunung Kidul, DIY. Setidaknya, kita mengenalnya karena dua peristiwa. Pertama, Slamet dan kawan-kawan sempat melakukan mogok dan hampir menyegel sebuah bangunan karena menuntut agar mandor proyek segera membayar upahnya yang sudah telah beberapa hari. Kedua, kita sempat menemuinya di Conention Hall UIN Sunan Kalijaga Jogja, mendeklarasikan SBKI sebulan lampau.

#8JamKerja, bagi buruh konstruksi itu suatu barang yang amat mahal. Sebab, dia bekerja dibawah tekanan mandor dengan satu perintah saja, “segera selesaikan proyek!” Telat sehari, mandor akan menghitung dengan kalkulator. Berapa kerugian proyek, berapa tambahan untuk membayar buruh, berapa klaim kerugian dari pengembang dll. Intinya, kerja kejar target. Kerja, Kerja, dan Kerja!!!

Mengejar target, sama artinya kerja dalam jam kerja yang panjang. Jam kerja panjang itu sama saja dengan akumulasi kelelahan. Akumulasi kelelahan pasti membahayakan dirinya dan kawan-kawan lainnya. Potensi kecelakaan kerja sangat besar menimpa dirinya.

Itulah alasannya kenapa Slamet membentuk SBKI yang diharapkan menjadi alat perjuangan. “Kami tidak bermimpi masalah akan hilang seketika, sebab serikat bukan main sulap,” kata Slamet. Perlahan membangun, menguatkan dan kemudian menyadarkan kawan-kawannya.

Slamet bermimpi, mimpi yang sangat panjang… kelak, buruh konstruksi yang bekerja di proyek, ikut menikmati upah lebih baik dengan jam kerja lebih memanusiakan manusia.


#8JamKerjaBukanHadiah

#8JamKerjaSedangDibajak

#Kembalikan8JamKerja