Catatan Buku BERLAWAN : Merayakan Pengalaman Melalui Buku

 

Saya bertemu dan berkenalan dengan Mbak Suci pada 2011, dalam sebuah konsolidasi serikat buruh di Sengkaling, Batu, Jawa Timur. Waktu itu, kami mengundang Mbak Suci melalui Asfinawati, yang selepas menunaikan tugas di LBH Jakarta, memilih menyepi di kota dingin itu; alasannya buat nulis buku. Lalu, Mbak Suci mengajak kami berkunjung ke rumahnya dan bersama kawan-kawan lain menandatangani sebuah prasasti kanvas, yang kemudian jadi penanda Omah Munir.

Lama tak bertemu, sampai pada 2016, kembali melalui bantuan Asfinawati, saya mendapatkan kesempatan beasiswa Munir di STHI Jentera. Hari pertama perkuliahan, saya bertemu kembali dengan Mbak Suci. Ngobrol panjang lebar termasuk rencana menulis sebuah buku. Dia menyemangati niat itu.

Pada November 2018, saya menghubunginya melalui email; memintanya menulis prolog untuk buku saya. Tapi sayang, kami tak berjodoh. Sibuk. “Saya harus mempersiapkan kerjasama dengan PEMDA untuk festival HAM, khawatir malah gak kepegang,” tulisnya melalui pesan WA.

Lalu, saya memintanya membaca cepat beberapa judul tulisan dan “menodongnya” menulis catatan kecil. Dia bersedia. Bagi saya, ini hadiah penting. Hari ini, saya sedang mempersiapkan satu buku BERLAWAN dan mengirimkannya ke Omah Munir.

Berikut, catatan Mbak Suci untuk buku saya:

Catatan Buku “Merayakan Pengalaman Melalui Buku”.

Tidak ada jurus jitu dalam membangun gerakan sosial. Sebuah mobilisasi terorganisir untuk melakukan perubahan sosial ditentukan oleh beragam faktor, mulai dari kesempatan politik, mobilisasi sumberdaya, maupun pembingkaian (frames) yang diusung. Membaca kisah perlawanan kasus yang beragam di buku ini memberikan pembelajaran penting dalam mengembangkan gerakan di Indonesia pasca Reformasi.

Khamid Istakhori, penulis yang selama ini aktif dalam gerakan buruh, yang juga berkesempatan mendapatkan beasiswa Munir Said Thalib Scholarship dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, mengulas beragam kisah yang selama ini melingkupi pengorganisiran gerakan buruh. Dengan bahasa yang ringan dan mengalir, Khamid mengurai bagaimana artikulasi kepentingan dihimpun, metode direncanakan, menelusuri sumber-sumber ketidakpuasan dari para aktor-aktornya, sebagai faktor dalam menjelaskan dinamika aksi kolektif.

Jika berminat membangun gerakan sosial kontemporer, bacalah buku ini. Ditulis dari dalam oleh orang yang bergelut sehari-hari dengan isunya.

Terima kasih, Mbak!