Kongres II SERBUK Indonesia, Sebuah Harapan

 


Saat suara Tenor Mike Marjinal mulai mengamuk diatas panggung perlawanan, dari Darah Juang sampai Negeri ngeri berhasil membakar minggu sore kami tiga hari yang lalu, kami sadar, Kongres segera berakhir, sebab panggung perlawanan adalah penutup Acara Kongres II Serikat Buruh Kerakyatan [SERBUK Indonesia]. Kita kembali kerutinitas masing-masing, bekerja, mengadvokasi, mengedukasi dan mengorganisir. Tapi, kami tidak lantas bersedih, justru sebaliknya, kami sangat bahagia, sebab kongres II SERBUK ini berjalan melebihi ekspektasi kami.

Menjadi Federasi Nasional, Menetapkan Iuran anggota sebesar 1 % dari UMK, program Aksi 4 tahun adalah  beberapa keputusan penting yang berhasil kita sepakati. Ada hal yang juga penting dari perjalanam kongres kemarin, generasi muda, ya kaum muda memimpin SERBUK Indonesia. Riki, Bono, Husain, Galeih, Ujang, Adhe, Saiful, dll adalah wajah SERBUK Indonesia hari ini. Mereka bahu membahu mempersiapkan kongres, memimpin sidang-sidang, serta mempersiapkan panggung perlawanan. dan kepengurusan SERBUK Indonesia empat tahun kedepan ditangan mereka.

Tentang kaum muda, puluhan tahun silam Soekarno pernah berujar “beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku goncang dunia”, Soekarno memang tidak asal ngomong soal itu, sejak Semaun yang berusia 19 tahun pada awal 1918 memimpin pemogokkan buruh furniture di Semarang, sumpah Pemuda 1928, sampai peristiwa rengasdengklok yakni Penculikan dirinya sendiri bersama Hatta yang berujung pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kesemuanya ditemukan jejak partisipasi aktiv kaum muda.

Berbahagialah SERBUK Indonesia hari ini, dipunggung kokoh Dicky, lengan kekar Yanto, ide-ide baru Irwan, Ardhan, Sofyan harapan besar SERBUK dan kaum buruh Indonesia bisa disandarkan. Mereka adalah darah-darah baru perjuangan kaum buruh Indonesia, mereka orang-orang yang tidak terkontaminasi riuh intrik dan saling telikung gerakan episode sebelumnya.

Rasanya tidak berlebihan berharap kepada mereka. Sebab, sudah terlalu berat beban subjektivisme pada generasi sebelumnya. Moral, Integritas, komitmen dan ketulusan sudah semakin susah ditagih.


Terakhir,

Mereka masih banyak kekurangan, itu pasti.

Mereka bisa saja salah, jelas.

Mereka mungkin saja tergoda,

Mereka bisa Khilaf,

Tetapi, sungguh keberanian mereka memimpin kami adalah sebuah kebanggaan, bahwa regenerasi terus berjalan.


Jayalah SERBUK Indonesia.