Prosa Perihal 6 Tuntutan Buruh

 


1.

Kota kita selain dibangun dengan pasir dan beton, juga dibangun dengan dusta dan kosongnya harapan. Banyak sekali yang sudah kita anggap kebenaran. Tidak sedikit yang kita yakini itu kenyataan. Ya. Ditubuh kita menempel  kebohongan-kebohongan itu. Mengerak dan mengeras hampir menjadi batu. Sehingga kami sadar. Biarkan kami belajar. Mengamati gerak sejarah dan penindasan untuk membersihkan kerak itu. Jangan halangi kami menghancurkan batu kebodohan kami hanya karena kalian menginginkannya.


2.

Kalian suka keadilan. Lepaskan baju, kemeja, kutang dan celana dalammu. Disana masih ada keringat kami yang belum dibayar. Pabrik yang kalian dirikan merampas jam penghidupan kami. Negara yang kalian jalankan membunuh harapan-harapan kami. Maka biarkan kami berkumpul. Membentuk barisan untuk menunjukkanmu jalan kebenaran. Dimana kesenjangan dan slogan palsu pembangunan akan kita kuburkan di taman makam kejahatan. Biar suatu hari anak cucu kami menziarahi kenangan paling memalukan yang pernah terjadi di negerinya


3.

Suatu malam ketika istri dan anak kami tertidur adalah waktu ketika kami tak ingin melukai senyum dan mimpinya. Tapi apa yang kalian lakukan pada kami itu adalah mimpi buruk yang nyata. PHK sepihak, Kontrak yang tak pasti, Upah yang belum dibayar, kecelakaan yang tak diperhatikan telah merupa pisau yang akan menusuk kami. Maka kembalikan dan penuhi semua hak kami. Sebelum kalian merasakan bagaimana marahnya orang di ujung kematian: dimana segala yang tersisa adalah taji senjata pamungkasnya.


4.

Kemudian kalian bersekongkol. Menahan kebenaran dan memenjarakannya. Kawan kami kalian paksa meringkuk dibalik jeruji besi. Kawan kami kalian culik dan celakai. Ya. Kawan kami pun lalu kalian bunuh dan cederai. Sehingga di pabrik selalu membuat kami mengenang dan berdoa. Terlalu banyak kawan kami yang celaka menjadi tumbal perjuangan dan kecelakaan kerja. Kalian pikir itu melemahkan kami, jangan bercanda. Kami adalah pohon persatuan yang setiap hari dipupuk: semakin kuat, semakin lebih kuat. Maka bebaskan kawan-kawan kami. Tuntaskan keadilan para korban. Sebab kami adalah pengawal terdepan barisan perjuangan untuk kemanusiaan.


5.

Akhirnya kota kami pun terlalu muak dengan tatanan lama. Ya. Kalian yang segelintir itu sudah semakin kaya.  Sedangkan kami dan rakyat lain semakin terhina. Ya. Semua yang dimiliki negeri ini hampir seluruhnya kalian jual. Segala yang kami miliki telah kalian jagal. Sudah saatnya peta kenyataan kami ubah. Kami pun merutinkan persatuan. Turun ke jalanan. Mengajak dan menggabungkan diri di barisan persatuan. Sistem kuasa modal, tuan tanah besar, dan para penggerak korup negeri setengah jajahan ini harus hancur, harus diluluhlantahkan.


6.

Jika sejarah adalah milik para pemenang. kamilah yang akan memenangkan itu.


Jogja. Minggu awal Oktober. Menyambut beberapa hari lagi menjelang kongres ke-2 serikat buruh kerakyatan indonesia. 2016.