CABUT SUBSIDI LISTRIK, JOKOWI REZIM NEOLIB YANG SESUNGGUHNYA!

 


Pada peringatan hari buruh sedunia yang lalu, kaum buruh mendapatkan 2 kado “istimewa” dari presiden Joko Widodo. Pertama, barisan aksi May Day dihadapkan pada pasukan bersenjata yang memblokir massa aksi sehingga tidak bisa mencapai depan istana. Kedua, bersamaan dengan May Day pemerintah mencabut subsidi listrik. Sehingga rakyat mendapatkan kenaikan TDL yang signifikan.

Berkaitan dengan pemblokiran tersebut, Subono selaku Sekretaris Jenderal SERBUK Indonesia menyatakan bahwa ini adalah May Day terburuk sepanjang sejarah reformasi. Inilah kali pertama, buruh gagal menggelar panggung aksi di depan istana. Ini rezim yang dipimpin oleh Presiden sipil, tetapi kelakuannya melebihi represi penguasa militer. “Penghadangan ini, menunjukkan bahwa Jokowi telah sempurna menjadi penjaga modal yang anti dengan buruh,” tegas Subono.

Sementara, berkaitan dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik, Subono menegaskan sikap SERBUK yang menolak kebijakan anti rakyat tersebut. “Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto yang dianggap rezim terkejam saja masih bersedia mengumumkan kenaikan tarif dasar listrik, tetapi Jokowi justru melakukannya dengan diam-diam” tukas Bono. Sikap ini, tentu saja melukai hati rakyat, apalagi ketika dikaitkan dengan berbagai pernyataan bahwa Jokowi pro-Rakyat. Kebijakan ini, semakin menunjukkan bahwa rezim ini lebih memilih menyengsarakan rakyat dibanding memilih kebijakan lain yang pro terhadap rakyat.

Kenaikan Tarif Dasar Listrik, dikeluhkan oleh berbagai kalangan. Dari berbagai pernyataan di media sosial, diskusi-diskusi dan pesan pendek yang terpantau oleh SERBUK, semua mengeluhkan kenaikan harga listrik ini. “Kenaikannya mencapai 75 %, sungguh ini merupakan kebijakan yang mencekik rakyat,” keluh Saeful Sadat, salah seorang pengurus SERBUK Indonesia. Menurutnya, kenaikan TDL, dengan dalih apapun akan menjadikan beban hidup rakyat semakin berat. “Jokowi sudah menerbitkan berbagai paket kebijakan ekonomi yang anti buruh, salah satunya PP 78 tahun 2015. Dengan PP ini, kenaikan buruh berada dalam batas sangat rendah,” protes Saeful. Menurutnya, kenaikan upah yang rendah, kenaikan tarif listrik akan semakin membuat daya beli menurun. Dengan demikian, kemiskinan pasti akan semakin parah.

Menanggapi berbagai kondisi tersebut, SERBUK Indonesia sebagai bagian dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) menyatakan protes keras. Senada dengan sikap SERBUK Indonesia, Ilhamsyah Ketua Umum KPBI menyatakan seruannya bagi seluruh anggota KPBI untuk menginisiasi perlawanan di berbagai wilayah. “Aliansi Gerakan Buruh Untuk Rakyat, yang sudah berhasil menyatukan berbagai elemen pada peringatan May Day harus kita majukan dengan melakukan konsolidasi di berbagai daerah. Respon tercepat, tentu saja melakukan perlawanan atas kenaikan tarif listrik” seru Ilhamsyah.

Seruan perlawanan ini, harus disambut dengan bersegara mengadakan konsolidasi multi sektor dengan berbagai unsur gerakan rakyat lainnya. Rezim Jokowi, semakin menunjukkan bahwa dirinya, mengkhianati Nawa Cita yang selalu digembar gemborkan berpihak pada rakyat.

Komentar