MAY DAY 2018: SEMUA NABI MENYERUKAN PEMBEBASAN MANUSIA

 


“Banyak yang membaca Alquran sedangkan Alquran melaknatnya.”

(Sabda Nabi Muhammad sebagaimana seperti dituliskan dalam Kitab Nashoihuddiniyyah Karya Al-Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Alhaddad)

Rupanya Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day bukan saja menjadi perhatian kaum buruh, tapi juga Pemerintah dan Asosiasi para majikan. Sebagaimana di lansir Liputan6.com, menjelang May Day 2018, Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan menggelar berbagai agenda untuk merayakan May Day. Acara yang digelar Kemnaker diantaranya Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi pekerja/buruh, Lomba Memasak, Festival Band, dan juga berbagai acara olah raga.

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Haiyani Rumondang menjelaskan bahwa acara menyambut May Day versi Kemnaker adalah gagasan Menteri Hanif Dhakiri. Tujuannya adalah mengajak buruh/pekerja bersenang-senang pada tanggal 1 Mei. “May Day tidak selalu dirayakan dengan turun ke jalan dan demonstrasi, kegiatannya harus positif, sportif, kreatif, dan produktivitasnya tinggi,” ujar Haiyani. Terkait dengan acara pemeriksaan kesehatan, haiyani juga menegaskan maksudnya agar para pekerja Indonesia dapat rutin melakukan pemeriksaan, sehingga kondisi kesehatannya terjaga dan pada gilirannya produktivitas akan semakin meningkat.

Dalam pernyataannya, Haiyani menyebutkan relasi yang tegas dan lugas antara kesehatan dan produktivitas. Ini mengandung makna maksud sesungguhnya yang terselubung bahwa buruh harus sehat, kalau sakit tentu saja tidak produktif, order tidak tercapai, ekspor tergangg, dan pada gilirannya membuat keuntungan majikan tidak maksimal. Padahal, siapapun tidak perlu meragukan produktivas buruh Indonesia dari waktu ke waktu. Bekerja dalam jam kerja yang panjang dan target di luar nalar dengan upah yang rendah, lembur tidak dibayar dan kadang pengusaha masih menangguhkan upah agar bisa membayar di bawah ketentuan Upah Minimum alias UMK. Lalu bandingkan juga dengan fasilitas kesehatan yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jauh panggang dari api!

Buruh Mengaji, Buruh Mengkaji!

Salah satu kegiatan Kemnaker yang juga mendapatkan respon cukup banyak adalah kegiatan bertajuk Buruh Mengaji. Dari website www.maydaykemnaker,com diperoleh penjelasan bahwa kegiatan Buruh Mengaji akan dilaksanakan pada 21 April 2018 bertempat Masjid Raya Puri Teluk Jambe, Karawang Barat. Acaranya berupa khataman Al-Quran. Membandingkan dengan acara Pemeriksaan Kesehatan yang mutlak dilihat dari sudut pandang “penguasa dan pengusaha” yakni demi produktivitas, tentu saja persepktif Kemnaker ketika menyelenggarakan Buruh Mengaji ini adalah juga bukan dari perspektif di luar buruh. Misalnya saja berpikirlah positif, mendekatkan diri pada Tuhan, tidak perlu melawan sebab semua urusan sudah diatur oleh Tuhan atau sudah ada takdirnya.

Perspektif ini, sangatlah mirip dengan berbagai tagline, ajakan, anjuran, dan seruan agar buruh menjadi makhluk yang lemah lembut; tidak perlu melawan. Bukankah kita sering mendapatkan wejangan yang menyatakan agar kita pandai bersyukur meskipun bekerja sebagai buruh kontrak dan outsourcing puluhan tahun, sebab di luar sana masih banyak orang mengantri pekerjaan? Sungguh perspektif yang keliru, kalau pandangan itu benar, tentu tak perlu para ulama menyerukan perang merebut kemerdekaan sebab merdeka atau tidak pastilah ada takdir yang mengaturnya.

Sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana ditulis dalam Kitab Nashoihuddiniyyah Karya Al-Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Alhaddad yang menyatakan bahwa banyak yang membaca Alquran sedangkan Alquran melaknatnya, menemukan konteks kebenarannya. Sejalan dengan sabda Nabi SAW, firman Allah dalam surat Ali-Imron ayat 61 menyebutkan bahwa Allah akan memberikan laknat Allah bagi orang-orang yang dusta. Ayat ini dipertegas pula dalam ayat lainnya yakni surat Hud ayat 18 yang menyatakan dengan pernyataan tegas: Ingatlah, bahwa lakanat Allah bagi orang-orang yang dzalim. Siapakan mereka yang dilakknat karena berdusta? Mereka adalah umat Islam itu membaca alquran, tapi tidak mengamalkan isi kandungnya, seperti telah berdusta dan berlaku dzalim terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kita tentu saja sangat mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemnaker yang bernuansa relijius dan penuh dengan niat mulia, tapi tentu kita tidak berharap acara itu berhenti sebagai upaya untuk membelokkan umat dari kesadaran mengaji (membaca) dan mengkaji (menelaah) makna sebenarnya dari kitab suci.

May Day dan Seruan Pembebasan

Kondisi kaum buruh saat ini yang terbelenggu dengan ketertindasan, ketidakadilan, ketidaknyamanan, sejatinya juga merupakan kondisi yang mirip ketika para Nabi diturunkan dan diutus untuk berdakwah. Semua Nabi, diperintahkan untuk hadir di tengah umat manusia untuk alasan yang hakiki: membangun kesadaran umat manusia dan kemudian kembali melepaskan dirinya dari belenggu ketertindasan.

Mari kita simak tentang kemiskinan sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat Al Iisra’ (17) ayat 26-27: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan itu adalah sangan ingkar kepada tuhannya. Bila kita menyebutkan kemiskinan, sebenarnya kita sedang membahas kemiskinan terjadi karena ada sistem yang menindas, sistem yang memaksa manusia akan tetap miskin karena memang ada yang menjadikannya miskin, bukan karena dia malas bekerja.

Lalu, baca pula janji Allah dalam Al Quran Surat Al Qasash ayat 5 yang menyatakan bahwa Allah hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Ayat ini, adalah spirit perlawanan terhadap Fir’aun yang semena-mena menindas Bani Israil dan pada masanya kaum miskin dan papa itu bangkit melakukan perlawanan.

Bila kita meyakini bahwa May Day adalah sebuah momentum untuk membangun dan menggerakkan kesadaran kaum buruh, tentu saja tidak ada kelirunya apabila kita juga menjadikannya sebagi momentum untuk menyerukan pembebasan manusia atas penghisapan manusia lainnya. Menyatakan dengan tegas bahwa penghapusan penindasan di muka bumi, menyerukan pembebasan manusia dari pengisapan manusia, sejatinya merupakan tugas utama para pemimpin pergerakan (termasuk para pemimpin serikat buruh) melawan hegemoni penguasa yang juga menjadikan ajaran kitab suci untuk melegitimasi penindasan yang mereka lakukan.

Mari jadikan mobil komando, poster, selebaran, stiker, spanduk, baliho, mural, sebagai panggung untuk berteriak dengan lantang menyerukan pembebasan!!