PAK POLISI KENAPA PANIK ?

 


May Day Aksi, Jenderal!

(mbah Ngatmin, tokoh fiksi)

Pagi ini, ada kabar yang menjengkelkan dan sekaligus menyenangkan. Dari Kabupaten Pali,Sumatera Selatan. Ini adalah Kabupaten baru hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Muara Enim. Tak banyak pabrik di sana, meskipun ada banyak kebun karet bertebaran.

Anggota SERBUK di Pali menyampaikan pemberitahuan aksi May Day. Menurut rencana, aksi akan digelar secara berantai, dari MuaraEnim dan akan ditutup di Kabupaten Pali. Ini adalah May Day pertama di Kabupaten Pali. Jadi, hebohlah para pejabat di Kabupaten kaya minyak itu.

Kehebohan pertama, sesudah surat pemberitahuan aksi dikirimkan ke Polres setempat, malamnya mereka disamperin oleh aparat Kepolisian dan PEMDA setempat. Mereka menyampaikan pesan dari Pemda setempat agar buruh tak usah aksi massa, tapi ditawari untuk bikin acara panggung gembira di Pemda, potong tumpeng, dan seremonial begitu. Bupati akan kasih sambutan, bla bla bla….ini kesempatan pertama Bupati merespon begitu cepat, sesudah beberapa kasus terjadi di sana dan Disnaker diam saja, Bupati apalagi.

Tak mempan, pada kesempatan berikutnya pimpinan serikat buruh dipanggil Kapolsek Sukaraja, Tanah Abang, Pali. Dalam pertemuan itu, Kapolsek meminta beberapa dokumen. Mereka meminta SK Pencatatan dari Disnaker dan KTA para anggota. Tapi, Serikat menolak menyerahkannya.

Pertanyaannya aneh banget; buat apa polisi meminta dokumen itu? SK pencatatan dan daftar anggota lazimnya diminta oleh Disnaker ketika akan berunding untuk verifikasi, atau diminta sebagai syarat masuk dewan pengupahan.

Kesimpulan pendeknya:

Polisi panik, kaget, gak nyangka ada aksi May Day di daerah terpencil, jauh dari keramaian, dan butuh waktu 4-5 jam perjalanan dari Palembang.

Mbah Ngatmin kemudian nulis catatan di buku diary:

Jadi polisi kok gumunan, kagetan,dan mudah bingung (kayak fiksi).

Mari, lanjutkan May Day Kawan!