May Day: Soekarno adalah satu-satunya…..
Terima kasih untuk semua kawan yang sudah mendukung delapan hari tanpa putus kampanye #IWMD2020, sebuah aksi global untuk mengenang kawan-kawan pekerja yang meninggal di tempat kerja. Kita akan terus berjuang untuk mewujudkan tempat kerja yang aman, sehat, dan tidak berbahaya. Mengenang yang mati, berjuang untuk yang hidup.
Dalam 2 hari lagi, kita akan sampai pada 1 Mei 2020, peringatan hari buruh internasional. Sebuah sejarah penting bagi peradaban umat manusia yang kemudian menghasilkan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam bersosialisasi. 8 jam kerja tentu saja berkorelasi dengan upah sebagai wujud kedaulatan buruh. 8 jam istirahat yentu saja senafas dengan cita-cita kita untuk mewujudkan tempat kerja yang aman dan tidak berbahaya, cukup istirahat. 8 jam bersosialisasi adalah senada dengan keinginan kita untuk membangun tatanan sosial yang lebih adil dan bermartabat. Ingat, berserikat hanya mungkin terwujud karena kita punya waktu yang cukup untuk bekerja, lalu berisitrahat, dan kemudian bersosialisasi. Lalu, dengan serikat itu pula kita berjuang, memperbaiki daya hidup dan harkat kita sebagai manusia.
Apakah anda tahu, di mana pertama kali May Day pertama kali di peringati di bumi Asia? Ya! Di sebuah Negeri yang masih berada di bawah kolonialisasi Hindia Belanda yang di kemudian hari bernama Indonesia. 1 Mei 1920, tepat seratus tahun lalu. Lalu, sebagaia negeri merdeka, kita memperingatinya pertama kali pada 1 Mei 1946 di Yogyakarta. Sangat istimewa karena saat itulah, Soekarno berpidato di hadapan kaum buruh. Lalu, peristiwa serupa juga terulang pada 1 Mei 1962, ketika Sang Proklamator berpidato di Istana Negara, Jakarta. Sampai detik ini, hanya seorang presiden di republik ini yang pernah melakukannya: Si Bung!
Era Orde baru, peringatan May Day hilang, sebab Soeharto menstigmanya sebagai peringatan kaum komunis. Lalu menggantikannya dengan peringatan Hari Pekerja 20 Februari, sebagai puja puji atas lahirnya FBSI yang didesain sebagai serikat tunggal, kelak bernama SPSI dan sepanjang sejarah orde baru, menjadi juru stempel semua kebijakan Soeharto.
Dalam 2-3 hari lagi, kita akan sampai pada 1 Mei 2020, dalam situasi yang memburuk karena pandemi Covid-19. Tapi, tak hanya pandemi yang membuat May Day kita berbeda, tapi juga karena rezim pro-investasi di bawah pimpinan Joko Widodo sedang mempertontonkan “tarian setan” untuk mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang memberangus hak-hak kita, bukan hanya setahu dua tahu ke depan, tapi kelak sampai anak cucu kita akan sengsara.
Mari, bersolidaritas membangun kembali kekuatan. Pandemi kita yakini akan mengubah sebagian besar tatanan sistem ekonomi global, sudah selayaknya kita punya cara yang berbeda, lebih baru, dan lebih kuat, sebagai jalinan pertarungan kontradiksi yang setiap hari kita lalui: kualitas baru!
Selamat menyambut May Day 2020. Lawan Penjajahan Gaya Baru! Dan hingga detika ini, hanya Presiden Pertama RI Ir Soekarno yang dengan penuh kecintaannya bertemu dengan kaum buruh, bukan untuk mengumumkan undang-undang pesanan kaum majikan, tapi untuk berterima kasih dan dengan bangga mengatakan: kaum buruh berpolitiklah!
Selamat Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2020. Terima kasih, Bung Karno!
Posting Komentar