Hari Ke-4, Bersepeda Jogja-Jakarta Tolak Omnibus Law: Membakar dan Menjaga Api di Karawang!

 


“Kita berangkat, Tunggu ya!”

Yanto, Departemen Pengembangan Organisasi Serbuk Indonesia, memberikan kabar. Rombongan tim penyambut dari sekretariat pusat Serbuk dari Kosambi, Karawang, mulai bergegas. Bendera dan berbagai atribut disiapkan. Rombongan di pagi itu (12/7) terlihat begitu bersemangat.

Klakson motor dan sirene megaphone dibunyikan. Membelah lalu lintas keramaian jalan raya yang dilalui kendaraan besar. Rombongan pesepeda yang ikut menyambut juga tidak sedikit. Kayuhan pedal dan baris berbanjarnya menambah semarak.

Sesampainya di Cikampek, haru persatuan menggelora. Pekik slogan “Hidup Buruh, Hidup Rakyat” dikumandangkan. Rombongan pesepeda dan rombongan penyambut bertemu dalam momen terbaiknya. Salam dan sapa saling mempertemukan diri. Lagi-lagi, persatuan menunjukkan wajah juangnya yang sejati.


Pesepeda aksi tolak Omnibus Law dan rombongan Serbuk pusat mengatur barisan. Dimulai dari yang paling depan adalah barisan Tiga sepeda tinggi menjulang dan Satu sepeda berukuran sedang, lengkap dengan atributnya, disusul rombongan pesepeda dari Serbuk pusat, dan barisan motor beserta kibar bendera Serbuk, Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), GEBRAK, dan Building Wood and Worker International (BWI) di belakang. Perjalanan dari Cikampek menuju Sekretariat pusat Serbuk Indonesia di Kosambi menjadi konvoi perjuangan. Nampak api semangat dan penolakan Omnibus Law berkobar di jalan raya Karawang.

Sesampainya di Sekretariat, Buruh-buruh yang sedari tadi menunggu di sana menyambut. Seketika kontrakan sederhana itu menjadi ramai sekali. Kopi dan jajanan ringan telah dihidangkan. Semua larut dalam ikatan kekeluargaan rakyat pekerja yang menjunjung tinggi semangat juang dan persatuan.


Rombongan sepeda aksi tolak Ombibus Law rasanya sudah seperti pulang. Fajar Setyo Nugroho (25), Johan Ferdian Juno (27), Pepe Hidayat (26), dan Riko Lesmana (26), Pemuda tangguh yang sudah melewati ratusan kilometer ini akhirnya memutuskan satu hari penuh untuk istirahat panjang. Mereka meyakini dengan pasti bahwa giat berjuang sekalipun harus tetap dihitung, tidak boleh asal serampangan. Selain pentingnya usaha menyalakan api, tak kalah penting juga usaha untuk menjaganya terus menyala.

Di sela waktu istirahatnya tersebut, Serbuk pusat melakukan konsolidasi untuk aksi besar Gerakan Buruh Untuk Rakyat (GEBRAK) tanggal 16 besok di Jakarta. Segala potensi dan teknis dibahas dan disiapkan dengan matang. Terutama paparan ketua umum Serbuk, Soebono, yang menegaskan, “Setidaknya, ada 6 tuntutan penting yang akan disampaikan dalam aksi nanti, yaitu: penghentian pembahasan Omnibus Law, Pemerintah fokus pada penanganan Pandemi Covid-19, PHK massal pekerja di berbagai tempat harus diakhiri, mendesak negara menjalankan reforma agraria untuk kaum tani, serta menggaungkan seruan GEBRAK untuk membangun persatuan, dan mengajak elemen masyarakat, terutama buruh, tani, dan rakyat tertindas lain untuk bersatu membangun alat perjuangan yang kuat dan berakar pada solidaritas.”


Hari itu, Empat pesepeda aksi tolak Omnibus Law mengistirahatkan diri dengan durasi waktu yang cukup lama. Mereka saling memandang. Mengingat terjal perjalanan yang telah ditempuh selama beberapa hari. Panas dan hujan sudah tidak lagi menjadi beban, sebab beban sejati yang nyata-nyatanya akan menyengsarakan rakyat adalah ketika Omnibus Law disahkan.

Di hari Keempat, di Karawang, di Sekretariat Serbuk Pusat, Bara perlawanan masih menyala dan senantiasa terjaga kobaran apinya.

Bersambung…