Senin (6/9) September, Puluhan Istri beserta anaknya mendatangi PLN Grogol. Tujuannya meminta klarifikasi PLN atas surat pernyataan kontrak dari PT DEI sebagai vendor PLN yang harus menyertakan uang jaminan sebesar 5 juta. Tanpa itu, para suami tidak bisa lagi melangsungkan kerja.
Wajah perempuan-perempuan itu tak bisa menyembunyikan kesedihan. Beberapa sambil menggandeng anaknya yang masih kecil. Mereka duduk dengan perasaan yang campur aduk. Perwakilan PLN Grogol menyampaikan pendapat yang seperti tidak memihak pekerja pencatat meter perihal masalah tersebut.
Ibu Sri, yang hadir dalam aksi tersebut mengatakan, "Meskipun kami ini tinggal di desa dan bukan orang berpendidikan tinggi, kami tetap tidak terima dengan kebijakan yang mengancam suami saya. Belum lagi ini masih pandemi. Tolonglah itu di mana sisi kemanusiaannya."
Audiensi berjalan selama 1 jam. Beberapa kali pihak PLN mengatakan kalau tidak tahu menahu mengenai uang jaminan tersebut. Saat perwakilan dari pekerja meminta usaha PLN untuk memfasilitasi pertemuan dengan PT DEI, pihak PLN hanya mengatakan, "Itu urusannya PT DEI sendiri ya, PLN terus terang tidak bisa membantu."
Kekecewaan dari ibu-ibu tergambar jelas di sana. PLN Grogol yang diharapkan bisa menegur PT DEI karena kebijakan ngawurnya ini malah mengatakan hal yang memupuskan harapan. Hampir tidak ada solusi berarti dari PLN dalam audiensi tersebut. "Sungguh mengecewakan. PLN harusnya bisa menyikapi masalah itu. Masalah yang menyangkut vendornya sendiri masak tidak tahu" Pungkas Ibu Dewi.
Setelah audiensi di PLN Grogol, romobongan pekerja pencatat meter SPLAS-SERBUK ini bersiap menggeruduk kantor PT DEI di Manahan, Solo. Menuntut lagi keadilan di sana.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.