MENGENAL LEBIH JAUH ANCAMAN BAHAYA ASBESTOS

Asbes atau asbestos merupakan bahan tambang. Komposisinya terdiri dari serat silikat mineral dan komposisi kimiawi yang berbeda, kuat terhadap asam, dan tahan api –sehingga menjadi alasan utama dipilih, dibanding bahan lainnya. Sejak 1950, Indonesia telah menjadi konsumen utama produk asbes dan masih mendatangkan bahan bakunya dari Rusia, China, Brazil, dan Kazakhstan. Penggunaan bahan baku asbes untuk produk atap semen asbes, plafond, partisi, dan material konstruksi merupakan yang tertinggi (97%) dan hanya 3% yang dimanfaatkan untuk sektor industri lain seperti rem dan kopling kendaraan, pembungkus pipa gas, dan keperluan lainnya.

Klaim bahwa asbes murah dan awet, pada kenyataannya tidak sebanding dengan ancaman bahayanya; bukan saja bagi pekerja di pabrik, tapi juga pemakainya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) dinyatakan bahwa setidaknya ada 100 ribu orang yang mati karena terdapat serat asbes yang mengendap dalam paru-paru dan berakibat timbulnya penyakit kanker paru-paru, mesotheolima, dan asbestosis. Asbes juga merupakan karsinogenik (penyebab penyakit kanker) yang mematikan. Ketua Umum Federasi SERBUK Indonesia Subono menyebutkan bahwa sebagian besar korban yang terpapar asbestosis dan berujung kematian adalah masyarakat menengah ke bawah. “Karena murah dan awet, pengguna asbes kebanyakan masyarakat menengah ke bawah, mereka adalah korban yang rentan terpapar.” Lebih lanjut Subono menjelaskan bahwa saat ini, selain Sriyono, setidaknya ada 7 orang pekerja pabrik asbes yang terpapar penyakit asbestosis.

Data yang dilansir koalisi organisasi penentang asbestos di Indonesia (Indonesia Ban Asbestos/INABAN) menyebutkan bahwa kematian akibat kanker yang disebabkan asbes ada 194.000 kasus (2013). Jumlah ini, naik 100% bila dibandingkan dengan kasus serupa yang terjadi pada 1990 sebesar 94.000 kematian. Kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit asbes tersebut mencapai 3.402.000 (lebih dari 94% sejak 1990). Total angka kematian yang besar ini merupakan 2/3 dari seluruh kasus kanker akibat kerja.

Mengingat bahaya yang sangat besar, sebenarnya selama 30 tahun terakhir, organisasi ilmiah dan badan-badan pemerintah di seluruh dunia telah melakukan ulasan dan analisis mendalam terkait bahaya penggunaan asbestos. Pada kesimpulannya, mereka menyebutkan bahwa semua jenis serat komersial (termasuk amosite, anthopyllite, actinolite, chryosotile, crocidolite dan tremolite) menjadi penyebab menyebabkan penyakit dan kematian akibat dari asbestosis, kanker paru, mesothelioma serta kanker laring dan ovarium. Rekomendasinya, tidak ada ambang batas minimal atas penggunaan asbes untuk industri yang aman bagi manusia.

Ironisnya, meskipun WHO menyatakan bahwa semua jenis asbes dinyatakan bersifat karsinogen, Indonesia merupakan pengimpor terbesar ketiga di dunia. Seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2007 terjadi kenaikan signifikan jumlah bahan asbes yang diimpor. Pada kurun waktu 2012-2015 jumlah bahan asbes yang didatangkan dari berbagai negara mencapai angka 74%-162%.

Oleh: Khamid Istakhori |Sekjen SERBUK Indonesia

# BWI2020IWMD #BANASBESTOS

#IWMD2020 #DEBUASBESTOSRACUN

#SERBUKBWIIWMD2020 #ASBESTOS-B3

#STOPCOVID19 #ASBESMUBUKANUNTUKKU

#SPEAKUP-STANDUP-COMEHOME #ASBESMEMBUNUHMU

#AMANDLA #IWMDTANPAASBESTOS

#POWERTOTHEPEOPLE #KESEHATANITUMAHAL

#STRONGUNIONPOWER #TEMPATKERJABUKANKUBURAN

#BERANIBERJUANGPASTIMENANG #KERJABUKANUJINYALI

#LIFEBEFOREPROFIT #NYAMUBERHARGA

#NYAWALEBIHBERHARAGDARIPADALABA #UTAMAKANNYAWADARIPADALABA