Membakar Semangat Lagi di Konsolidasi Anggota SPLAS-SERBUK ULP Sukoharjo

 


Jum’at (19/11), para pengurus SPLAS—SERBUK Indonesia ULP Sukoharjo sedang memimpin konsolidasi anggota. Acara rutin yang hari ini diselenggarakan di Kebon Ndeso, Bendosari, Mulur, Sukoharjo ini dimanfaatkan betul oleh pimpinan organisasi untuk meneguhkan iman perjuangan para anggota serikat pekerja.

Dalam kesempatan pertama, yang menjadi pembicara adalah Purwanto, ketua umum SPLAS—SERBUK Indonesia, Pak Pur begitu biasanya dipanggil, mereview perjuangan SPLAS menolak Uang Jaminan Pekerjaan [UJP] dalam tiga bulan terakhir. Perjuangan yang berhasil dimenangkan—meskipun belum menang mutlak. “Keteguhan, percaya kepada organisasi, dan tetap solid adalah kunci keberhasilan kita selama ini,”  Tegas Pria berkumis tebal ini, kemudian melanjut bicaranya. “Saya tidak bisa membayangkan seandainya kita takut dengan ancaman manajemen, hari ini kita sudah kehilangan uang lima juta. Dan bukan itu saja, pastinya manajemen akan semakin bertindak semaunya dengan mengabaikan aturan yang berlaku.”

Sebagaimana kita ketahui bersama, permasalahan di dalam ritus kehidupan adalah batu uji. Pertanyaan pentingnya, akan kah kita akan naik level atau turun tingkat. Jika berhasil mengatasi sebuah masalah maka kita, organisasi, akan naik kelas, pun sebaliknya. Persis seperti yang dikatakan oleh Jeffey Liker berikut ini, “Masalah adalah salah satu peluang untuk menuju kehidupan yang lebih baik."

Maryatno, Humas SPLAS—SERBUK Sukoharjo menggarisbawahi, kesadaran kolektif harus terus dipupuk dan dirawat, hal ini untuk membentengi anggota serikat pekerja dari bujuk rayu sampai dengan intimidasi pihak luar, salah satunya manajemen yang tidak patuh hukum. “Penting sesama anggota saling percaya, jika ada masalah segera dibicarakan dengan pengurus atau dalam rapat, untuk menghindari friksi.” Tukas Maryatno

Dalam pertemuan hari ini juga dibahas tantangan-tantangan bagi TAD PLN ke depan dan kaum buruh secara umum. Di lingkup PLN forum masih menyoroti tentang perdir PLN 0219 tentang Tenaga Alih Daya (TAD), sedangkan penyesuaian Upah Minimum yang disampaikan oleh Menaker Ida Fauziah hanya naik 1,09% menjadi kegelisahan dan kemarahan kawan-kawan yang bertugas sebagai pencatat meter PLN itu. “Kalau upah hanya naik satu persen, sedangkan kebutuhan pokok naik edan-edanan, berarti pemerintah tega membiarkan rakyatnya terjerat pinjol,” kata salah satu peserta konsolidasi.

“Dengan banyaknya tantangan ke depan, perluasan organisasi, membangun sekutu perjuangan, dan menggalang persatuan di antara kaum buruh dan kelompok rakyat lainnya, menjadi tugas tambahan serikat pekerja. Semuanya demi kehidupan yang lebih baik.” Ujar Suryanto Babut, Sekretaris SPLAS—Sukoharjo, memungkasi acara hari ini. (Hn)