Kampanye dan Aksi Sosial dalam Peringatan International Women's Day di Yogyakarta

Puluhan peserta yang didominasi perempuan berkumpul siang itu (8/3). Cuaca cerah dan sedikit berawan. Berbagai perlengkapan seperti poster, spanduk, trash bag, dan sarung tangan telah terkumpul rapi. Kesiapan perangkat aksi dan suasana yang sejuk menggenapkan semangat dari semuanya.

SERBUK Indonesia dan Kanal Muda menginisiasi peringatan International Women's Day atau Hari Perempuan Sedunia di Yogyakarta. Lokasi yang dipilih adalah Perempatan Tugu sebagai ikon kota. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang disebar di setiap ruas jalan untuk membersihkan sampah, mengampanyekan isu perjuangan perempuan, dan berbagi jajanan sederhana yang merupakan dukungan dari kawan-kawan Senthong Yogya.

Idha, kordinator aksi ini mengatakan bahwa perjuangan perempuan adalah kebutuhan mendesak untuk terus dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Terlebih perjuangan perempuan untuk melawan kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa dirinya. Selain itu, "Aksi ini, kata Idha, "Merupakan momentum penting untuk kembali menyuarakan persoalan keseteraan, ruang aman untuk perempuan, jaminan kerja aman untuk perempuan, serta kepemimpinan perempuan yang ditunjukkan lewat aksi nyata secara langsung."

Total ada Empat karung penuh sampah terkumpul pada kegiatan aksi sosial ini. Aksi ini juga turut memeriahkan peringatan besar berbagai kelompok dalam merespon Hari Perempuan Sedunia yang berkumpul di titik utama kota Yogyakarta. Hiruk pikuknya terasa meriah sekali.

Bu Siti, salah satu pekerja perempuan di sekitar Tugu menyambut baik aksi ini. "Nah, bagus ini perjuangan dan dukungan untuk perempuan yang disuarakan oleh banyak kelompok. Semoga kondisi perempuan di Indonesia bisa semakin lebih baik."

Tuntutan aksi ini masih juga menyuarakan isu penting terkait RUU PKS dan UU TPKS. Terutama ikut menajamkan lagi juga terkait persoalan kesetaraan yang memang harus dibuktikan dalam berbagai hal langsung di ruang kerja dan aspek kehidupan lain. Puluhan peserta aksi ini juga bersemangat sekali setiap meneriakkan pekik sorak 'hidup perempuan' dilantangkan.

Selepas aksi sosial dilangsungkan di Tugu. Peserta kemudian berpindah di selasar kampus timur UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk melangsungkan diskusi. Husen, Pengurus SERBUK komwil Jateng-DIY, menjadi moderator untuk memetakan poin-poin diskusi dari berbagai perspektif yang disampaikan oleh perwakilan organisasi yang tergabung.

Hasilnya, diskusi yang berjalan sekitar 2 jam ini menghasilkan kesimpulan untuk menyusun forum strategis dan modul pembelajaran dalam pendidikan melawan pelecehan dan kekerasan seksual. Ririn, perwakilan P3S dan Kanal Muda, menjadi petugas yang menyusun sistematika draft dan workshop yang akan dilakukan. "Saya berharap kawan-kawan semua juga berpartisipasi aktif dalam mengumpulkan bahan dan berdiskusi aktif sampai pendistribusian materi ke kelompok yang menjadi sasarannya" Ujarnya.

Najrinal Jalil, Perwakilan BWI Asia Pasifik, dari komunikasi seluler, mengapresiasi dan mendukung penuh terkait perjuangan berbagai kelompok untuk melawan kekerasan dan pelecehan seksual ini. Di laman media sosial BWI juga terlihat berbagai anggota di seluruh dunia menyelenggarakan aksi serupa. Terutama SERBUK sebagai anggotanya di Indonesia.

Di akhir, rasanya pekik 'hidup perempuan' bukan lagi hanya sekadar slogan. Perjuangan nyata dan kampanye yang terus menerus dilakukan adalah keharusan. Sebagaimana yang sering dikatakan, "Tak ada keadilan sosial tanpa pembebasan perempuan di dalamnya." (Mh)