Buruh, Farid Stevy, dan Jangan Diam!

Kami saling menyapa. Tanpa bermaksud sok akrab, nampaknya kami memiliki kesamaan: sama-sama memperingati May Day, menggemari musik rock dan motor antik, serta, tentu saja, saling berharap kondisi buruh di Indonesia semakin baik. 

Nama lengkapnya Sirin Farid Stevy. Ia barangkali adalah multitalenta yang sesungguhnya. Menggubah musik, menulis lirik, menggeluti seni rupa, pandai berbicara, dan punya keberpihakan pada mereka yang seringkali dirampas haknya. Lelaki berambut gondrong ini beberapa kali menyampaikan sikap atas isu HAM dan buruh dalam karya-karya di linimasanya. Ia menulis sekaligus melukis di atas kanvas seutas pesan yang begitu menggetarkan, “Jika kau bicara tanpa mendengar, kau akan menyakiti.”

Bersama Fstvlst (baca: Festivalist), Ia telah merilis 2 album penuh dengan total 19 lagu di dalamnya. Sebelumnya, bersama Jenny, Ia juga membersamai lahirnya album Manifesto. Farid, dengan aksi panggungnya yang memukau itu selalu berhasil mengajak penontonnya ikut bernyanyi dan, yang tak kalah penting: bersikap bersama. 

Sore itu (27/5/23), kami menyapanya setelah sesi 'Rolling Tunder' dari titik kumpul di Balai Kota Jogja menuju Transmart. Kebetulan di tas kami ada kaos produksi dari serikat pekerja kami dalam perhelatan May Day pada tanggal 1 Mei kemarin dan kami berniat memberikan itu untuknya. Tak banyak yang kami perbincangkan karena Ia sedang dalam persiapan untuk menjadi pembicara dalam sesi talkshow. Kami menjelaskan bahwa kaos yang kami berikan adalah produksi oleh salah satu serikat buruh di Indonesia yaitu SERBUK Indonesia. Kami menceritakan bahwa kaos ini diproduksi oleh kawan-kawan buruh yang keuntungan dari penjualan kaos tersebut digunakan untuk mobilisasi dalam aksi peringatan May Day. Farid kagum atas upaya kemandirian serikat pekerja dalam perjuangan demi kehidupan buruh yang lebih baik. Di akhir perbincangan, Farid berterimakasih kepada SERBUK dan berharap gerakan buruh di indonesia semakin baik untuk kesejahteraan kehidupan kaum buruh.

Memperhatikan karya Farid Stevy beberapa waktu belakangan tentang buruh membuat kami senang. Ia mendesain ragam visual untuk kaos yang bertuliskan buruh dengan pilihan tema seperti buruh pabrik, buruh harian, buruh desain, buruh tani, buruh negara, dan lain sebagainya. Kami menganggapnya itu begitu bernilai. Bagi kami yang terlibat aktif di Serikat Pekerja, rasanya seperti mendapatkan pesan solidaritas. 

Sudah cukup lama kami sering mendengarkan lagunya. Farid dan Fstvlst adalah perpaduan musik, visual, dan lirik yang indah, ritmis, dan emosional. Musiknya mengingatkan kami pada supergroup Cream, The Cure, dan keindahan tata visual Pink Floyd dalam pertunjukannya. Mereka, misalnya menulis begitu indah dan tajam seperti lirik ‘Tak setuju maka beda kubu, tak sepaham lantas baku hantam’ pada lagu Orang-orang di Kerumunan dan menulis begitu ritmis dan emosional seperti ‘Maka sudahilah sedihmu yang belum sudah’ pada lagu Menantang rasi bintang. 

Acara bertajuk MODS May Day 2023 yang ditujukan untuk turut meneruskan semangat kebudayaan Vespa dan musik setiap bulan Mei di Inggris ini menarik antusiasme publik yang luar biasa. Tak kurang ada 1000 lebih partisipan yang terlibat dalam acara ini. Beragam Vespa hadir dengan berbagai pernak-pernik dengan pengendaranya yang juga mengenakan berbagai atribut yang khas. 

Malam sekitar pukul 22.30, Fstvlst telah bersiap di panggung utama. Dengan gayanya yang khas, Farid menyampaikan orasinya sebelum menyanyikan lagu. Ia mengucapkan selamat hari buruh untuk klas pekerja di seluruh dunia yang langsung disambut tepuk tangan yang meriah. Farid menyerukan kepada buruh yang masih belum mendapatkan hak yang semestinya atas hasil yang mereka kerjakan untuk tidak pasrah akan hal tersebut. Buruh harus melawan untuk mendapatkan hak yang semestinya.

Setelahnya, lagu berjudul Mesin yang kental dengan nuansa dunia pekerja dari album ‘II’ dimainkan dan langsung menaikkan adrenalin. Distorsi dan ketukan drum yang rapat seketika membuat kami menggerakkan badan dan mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama. Perhatikan liriknya yang begitu luar biasa ini: 

Untuk kau yang sudah bekerja sepenuhmu

Untuk kau yang masih terinjak-injak hakmu 

Kau bersama keringat di ujung harimu 

Hati kami selalu bersamamu. 

Lagu demi lagu dimainkan dengan intens. Fstvlst membawakan kira-kira delapan nomor terbaik dari albumnya. Deru dan peluh berjatuhan dalam keriuhan penuh kegembiraan. Malam yang larut itu memuaskan hasrat kami atas cinta, musik, kebebasan, dan penghormatan atas kemanusiaan. 

Fajar, Kordinator Departemen Pengembangan Organisasi Federasi SERBUK, yang juga hadir dalam acara ini menyampaikan pendapatnya. “Sebagai seorang musisi atau seniman melalui karya-karyanya baik dalam lagu maupun karya seni rupa yang diciptakan oleh Farid cukup menggambarkan posisi keberpihakkannya kepada kaum yg termarjinalkan,” ujarnya. 

Sesi acara pun terus berlanjut hingga usai. Hingar bingarnya masih begitu terasa di sekitar. Kami toh akhirnya bersiap juga memancal motor keluaran Piaggio itu menuju pulang. Sambil melihat langit, bintang-bintang memancarkan cahayanya yang terang. Kami dibawanya kembali mengingat lirik terakhir lagu Mesin yang tadi dibawakan. 

Untuk kau yang tak terbayar layak upahmu 

Untuk kau yang tak terawat hajat hayatmu 

Untuk kau bersama kepal di tangan kirimu 

Tuhan yang maha bekerja selalu bersamamu.

Begitu indah. Begitu mengharukan. Hormat setinggi-tingginya untuk siapa saja yang membersamai perjuangan!


Yogyakarta, Mei 2023. 

_

Reporter: Fajar, Arroisy, Diki 

Penulis: Mh