Trisno: Perjuangan sudah setengah jalan, kenapa harus berhenti?

 


Karawang – Trisno bercerita tentang kondisi kerja yang buruk dan berbahaya. Bekerja lebih dari 12 jam tanpa upah lembur, resiko kecelakaan kerja yang mematikan bagi sopir, dan status hubungan kerja kontrak yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

Menurut Trisno, kondisi ini sangat menghimpit kehidupan dia dan ribuan awak mobil tanki (AMT) Pertamina. “Kami sudah bersabar, tapi kondisi tidak berubah. Maka kami memilih jalan perjuangan ini,” tegas Trisno.

Berangkat dari Surabaya bersama lima orang kawannya, Trisno mengatakan bahwa seluruh keluarganya memberikan dukungan penuh atas perjuangan ini. “Anak, istri, dan semua keluarga di Surabaya memberikan dukungan atas perjuangan ini. Mereka tahu perjuangan ini akan menjadi tonggak perubahan nasib kami,” cerita Trisno lebih lanjut.

Bagi Trisno dan kawan-kawan AMT Pertamina di Surabaya, perusahaan sudah melakukan pelanggaran serius. Perusahaan Pemerintah tapi melanggar hukum merupakan citra yang sangat buruk. “Pertamina ini perusahaan Pemerintah, dimodali Pemerintah dari uang rakyat, tapi kenapa malah memperlakukan buruh dengan buruk ?” gugat Trisno terhadap perusahaan.

Disela waktu istirahat dalam longmarch bersama 50 orang kawannya, Trisno kemudian bercerita mengenai upah bulanan yang hanya cukup untuk makan. “Tuntutan kebutuhan ekonomi sangat besar, sedangkan perusahaan membayarkan upah hanya berdasarkan ketentuan upah minimum semata. “Kami bekerja lebih dari 12 jam perhari, resiko kelelahan akan sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja di jalanan. Perusahaan tidak membayarkan upah lembur kami,” gugat Trisno.

Hari ini (15/10) adalah hari ketiga longmarch AMT dari Bandung menuju Istana Negara. Diharapkan massa aksi akan tiba di Istana Negara pada 21 Oktober 2017. “Seandainya bisa bertemu Presiden, saya akan menagih janji Pemerintah untuk mensejahterakan rakyat. Pak Jokowi harus menegur Pertamina yang lalai dan melanggar hukum. Harusnya Presiden malu dengan perusahaan BUMN yang bandel,” kata Trisno serius.

Bagi Trisno dan ribuan kawannya yang ter-PHK Sepihak, perjuangan merupakan pilihan yang hatus dipilih. “Kami sudah setengah jalan, tidak mungkin kami mundur,” tegasnya.