Pembukaan Asian Games dan Keringat Buruh di Baliknya

 


Asian Games yang merupakan hajatan olahraga terbesar di Asia, tahun ini diselenggarakan di Indonesia sebagai tuan rumah. Perhelatan besar ini akan berlangsung dari 18 Agustus hingga 2 September 2018.

Berbagai persiapan telah dilakukan agar Indonesia dinilai layak dan berhasil menyelenggarakan pertandingan besar ini. Perbaikan sarana dan prasarana stadion baik di Jakarta dan Palembang hingga perbaikan jalan yang akan dilalui oleh para atlet maupun masyarakat yang akan menyaksikan langsung pertandingan. Pekerjaan-pekerjaan ini dikejar dan disegerakan untuk memastikan semua telah rampung sebelum pertandingan dimulai.

18 Agustus 2018 adalah hari dimana telah ditentukan sebagai upacara pembukaan Asian Games 2018. Opening ceremony Asian Games 2018 berlangsung meriah di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pembukaan yang diawali dengan jinggle “Meraih Bintang” dibawakan dengan sangat apik oleh penyanyi dangdut kenamaan Via Vallen.

Replika Gunung Berapi, aksi Presiden RI yang mengendarai motor gede menambah suguhan yang membuat para penonton tersihir. Tata panggung yang megah, lighting yang memukau, musik yang harmonis dan ditutup dengan pesta kembang api menghipnotis semua yang hadir untuk berdiri dan bertepuk tangan merayakan kesuksesan acara pembukaan Asian Games 2018. Sampai-sampai menjadi trending topik di Youtube.

Yah, tak dapat dipungkiri pembukaan Asian Games berlangsung dengan begitu luar biasa. Benar saja pujian dilontarkan untuk seluruh tim dan crew yang bekerja ekstra mempersiapkan pergelaran acara ini. Beberapa sosok bahkan disebut-sebut memegang peranan penting dibalik pertunjukan spektakuler itu.

Wishnutama sebagai Direktur Kreatif, Addie MS selaku penata musik, hingga musikus Ronald Steven. Namun sayang pujian dan penghargaan tak satupun dilontarkan pada buruh-buruh konstruksi yang bekerja ekstra pagi, siang, malam untuk mempersiapkan sarana dan prasarana Asian Games bahkan sejak awal Indonesia didaulat sebagai tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018.

Stadion-stadion yang digunakan sebagai area bertanding baik di Jakarta maupun Palembang dibangun, diperbaiki dan disempurnakan sehingga layak oleh keringat dan kerja keras buruh-buruh konstruksi. Perbaikan jalan, sarana prasarana lain dipersiapkan oleh tenaga dan air mata para buruh konstruksi. Mereka bekerja dari pagi hingga pagi melebihi jam kerja yang seharusnya ditaati. Buruh konstruksi ini harus bekerja rodi demi Asian Games.

Sebagaimana dituliskan oleh CNN Indonesia 11 Juli 2018, para buruh konstruksi dipaksa bekerja rodi untuk memperbaiki trotoar di sejumlah jalan protokol di Jakarta. Mereka diwajibkan bekerja dari pagi hingga malam untuk menyelesaikan pesanan Bos Pemprov DKI yang meminta pokoknya pekerjaan trotoar harus selesai paling lambat 31 Juli 2018. Ditengah pekerjaan yang beresiko tinggi dengan jam kerja yang melebihi aturan, buruh konstruksi ini senantiasa hidup dalam keadaan yang tidak sejahtera.

Sampai hari ini Pemerintah tidak terlihat memikirkan kesejahteraan hidup buruh konstruksi. Upah rendah, keselamatan kerja minim, apalagi memastikan jaminan sosial bagi seluruh buruh konstruksi. Kenyataan ini turut mengundang komentar dari Khamid Istakhori, Sekjend Serbuk Indonesia “Asian Games memang penting sebagai energy of asia, namun ironis ketika ngomong energy of asia dan solidaritas tapi melanggar hak-hak dasar buruh”. “Pemerintah wajib memberikan hak buruh untuk istirahat, membayar upah lemburnya , dan ketika Asian Games selesai buruh-buruh tersebut harus mendapatkan hak-haknya secara layak”, lanjut Khamid.

Lebih 6000 pekerja buruh konstruksi dilibatkan dalam pembangunan untuk persiapan pelaksanaan Asian Games kali ini. Mereka diupah lebih kurang 85.000 per harinya. Upah yang sangat jauh dari kata layak. Dengan upah sebesar itu hidup sejahtera hanya menjadi angan-angan semata. Belum lagi resiko kerja yang tinggi.

Masih tingginya kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi menjadi bukti pemerintah belum memperhatikan keselamatan kerja bagi buruh konstruksi. Kondisi ini adalah PR serius yang segera harus diselesaikan oleh Pemerintah. Memastikan kesejahteraan buruh konstruksi dan menjamin keselamatan kerja bagi buruh konstruksi.

Jadi, ketika kita bertepuk tangan dan memuji keberhasilan rangkaian penyelenggaran Asian Games, ingatlah berikan penghargaan tertinggi bagi mereka, buruh-buruh konstruksi yang memastikan pekerjaan mereka selesai dan aman sementara keselamatan mereka sendiri menjadi taruhannya. Penghargaan bagi buruh konstruksi kita lakukan tidak cukup dengan bertepuk tangan dan mengucapkan selamat, tapi dengan bersolidaritas turut menyerukan dan memperjuangkan kesejahteraan dan keselamatan kerja bagi buruh-buruh konstruksi.