Dian Septi Trisnanti: “Jiwa-jiwa yang Tak Diam Melihat dan Merasai Setiap Penghisapan!”

 


“Membaca buku BERLAWAN, saya menemukan beberapa hal penting menjadi relevan untuk selalu dikemukakan,” kata Dian Septi Trisnanti, Ketua Departemen Buruh Perempuan Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI). Menurutnya, persoalan buruh adalah persoalan kemanusiaan yang sebenarnya. Artinya perjuangan menguatkan posisi buruh adalah perjuangan untuk memanusiakan manusia.

“Penghisapan oleh manusia atas manusia yang lain, terjadi di mana-mana, setiap saat; tak pernah libur,” tegas Dian. Dalam pandangan Dian, kerakusan korporasi untuk mengeruk keuntungan dan menumpuk akumulasi modal, dilakukan dengan berbagai cara, bahkan menghalalkan segala cara. “Sebut saja di pabrik garmen, buruh perempuan dipaksa bekerja siang malam dalam jam kerja yang panjang dengan upah yang sangat rendah,” ujarnya.

Dian menegaskan bahwa tugas penting pengurus serikat, organiser, dan buruh pada umumnya adalah berjuang melepaskan diri dari belenggu penghisapan yang terjadi setiap hari di tempat kerja. Namun demikian, menjadi penting mengabarkan perjuangan itu kepada masyarakat yang lebih luas. “Penting bagi buruh untuk mencatatkan perjuangannya agar menjadi warisan sosial bagi generasi mendatang.” ujar Dian. Menuliskan pengalaman perjuangan menjadi penting bagi kita untuk menapaktilasi menjadi catatan perbaikan di masa mendatang. Bagaimana gerakan buruh dibangun, bangkit, jatuh, dan selalu mengatasi masalah menjadi rekaman penting untuk gerakan buruh itu sendiri, “ katanya.

Buku BERLAWAN, sebagai salah satu upaya merekam jejak perlawanan akan menjadi sumbangsih penting bagi gerakan buruh. “Menuliskan perlawanan buruh, bukan semata sebuah proses kreatif, tapi sejatinya sedang mengabarkan sebuah proses panjang menuju perubahan; oleh buruh dengan kekuatannya sendiri” ujar Dian.


“Selamat kepada SERBUK Indonesia atas terbitnya buku BERLAWAN, semoga menjadi catatan yang kekal untuk menjadi pelajaran bersama bagi kita,” tegas Dian. BERLAWAN, menjadi sebuah penanda akan kehadiran “Jiwa-jiwa yang Tak Diam Melihat dan Merasai setiap Penghisapan!” sekaligus mengabarkan kepada dunia tentang gerakan buruh Indonesia.

Terima kasih, Dian!