Politik Buruh Adalah untuk Kesejahteraan Bersama

Daryadi yang merupakan perwakilan Cater dari Grogol mengatakan bahwa jika memungkinkan kita memang harus membuat kendaraan politik sendiri.

Klaten – Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mengadakan Focus Gruup Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terpadu dengan tema ‘Buruh dan Politik’ (19/08). Bertempat di Klaten yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, FGD ini difokuskan kepada para anggota Serikat Pekerja Listrik Area Solo raya (SPLAS) yang berafiliasi dengan Federasi SERBUK Indonesia.

Peserta FGD yang hadir merupakan para pekerja outsourcing PLN dibagian pencatat meter (Billman) yang biasa disebut dengan Cater. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Grogol, Solo, Surakarta, Sragen, Kartosuro, dan Klaten.

Fajar, selaku perwakilan dari Dewan Eksekutif Nasional KPBI yang menjadi fasilitator mengatakan bahwa tujuan dari FGD ini adalah menghimpun pandangan dan aspirasi anggota terkait dengan keterlibatan kaum buruh dalam ranah perpolitikan. “Kawan-kawan silahkan mengutarakan pemahamannya soal apa itu politik, dan apakah kita (buruh) perlu berpolitik?” tanya Fajar, saat membuka acara FGD.

Jarno, perwakilan Cater Wonogiri mengungkapkan bahwa buruh wajib untuk berpolitik. Dengan berserikat, maka secara otomatis buruh sudah berpolitik.” ucap Jarno. Lebih lanjut lagi dia menjelaskan bahwa tanpa keterlibatan buruh, maka tidak ada kebijakan yang berpihak kepada kaum buruh. Karena sebuah kebijakan adalah buah dari proses politik.


“Pertanyaannya selanjutnya adalah; ketika buruh harus ikut berpolitik, apakah buruh harus mempunyai kendaraan politiknya (partai politik) sendiri?” tanya Fajar kepada seluruh peserta FGD.

Daryadi yang merupakan perwakilan Cater dari Grogol mengatakan bahwa jika memungkinkan kita memang harus membuat kendaraan politik sendiri. Tapi jika belum, untuk sementara menggunakan kendaraan yang lainnya. “Apapun kendaraan politiknya, yang harus ditekankan bahwa pada prinsipnya buruh berpolitik untuk kesejahteraan bersama.” tegas Daryadi.


Acara secara umum berlangsung baik. Peserta dan fasilitator melakukan interaksi secara komunikatif. Para peserta terus memberikan pendapat dan pandangan mereka secara antusias. Acara ditutup dengan makan dan melakukan foto bersama. Pada pukul 16.30 acara benar-benar berakhir dan peserta meninggalkan lokasi.

Komentar