Rencana Revisi UU No. 13 Tahun 2003, Mengapa Harus Ditolak?

 


Kegagalan proyek infrastruktur dalam mengerek pertumbuhan ekonomi nasional menjadi pukulan telak bagi pemerintahan Jokowi – JK yang sudah terlanjur gembar-gembor; Pembangunan infrastruktur adalah resep manjur keluar dari krisis ekonomi, sebagaimana klaim pemerintah dan para pendukungnya sebelum ini. Bahwa proyek infrastruktur akan menciptakan lapangan kerja yang luas dan masuknya investasi lainnya. Meskipun telah banyak kritik dari para Ekonom tentang bahaya pembangunan infrastruktur yang ugal-ugalan, Rezim ini tidak peduli!

Dan pada akhirnya kritik menemukan jalan kebenarannya. Ekonomi tidak tumbuh sesuai ekspektasi. seperti apa yang disampaikan wakil direktur Indef, Eko Listiyanto dalam konferensi Pers Senin awal pekan ini. “Pertumbuhan ekonomi gak akan sampai. Tahun ini gak sampai [target juga]. Tahun depan 5,3 persen juga masih berat melihat tantangannya, banyak yang harus kita lakukan,” tutur Eko.

Karena ekonomi tak kunjung membaik meski sudah jor-joran membangun infrastruktur, sebagaimana pengecut yang tak pernah merasa dirinya bersalah. Rezim ini mulai mencari kambing hitam. Kaum buruh lagi-lagi yang disasar, Undang-Undang perburuhan (meskipun Undang-Undang ini juga masih jauh dari kata sempurna) digoyang. Melalui mulut Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga kerja, Pemerintah menyebut Undang-Undang Ketenagakerjaan kita seperti ‘Kanebo Kering’. Sehingga perlu dibasahi, direvisi agar lentur, fleksibel, ramah pada investasi. Tentu ucapan Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa itu membuat panas kuping kita, bagaimana bisa menteri yang harusnya melindungi buruh justru menjadi corong para cukong.

Sesuatu yang bukan menjadi penyebab kok harus menanggung resikonya? Sontoloyo!

Buruh dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 bukan penyebab merosotnya ekonomi. Tentu ini tidak asal klaim, kalau tidak percaya coba lah berselancar di internet dengan mengetik penyebab resesi global, maka yang muncul adalah kata-kata perang dagang. Ya, perang dagang antara dua raksasa ekonomi Dunia saat ini, tentunya antara China VS Amerika Serikat, yang menjadi penyebab melemahnya pertumbuhan Negara-Negara di Dunia, termasuk Indonesia. Mengapa bisa demikian? Sebagaimana raksasa yang mencaplok apa saja, industri China dan Amerika Serikat adalah pemangsa paling rakus, bahan baku industri yang dihasilkan Negara-Negara Dunia ketiga. China dan Amerika Serikat adalah pengimport terbesar Batubara, sawit, karet, minyak dan bahan tambang lainnya.

Sehingga ketika industri-industri di China dan Amerika mengerem Produksinya karena perang dagang (saling jegal dengan mengenakan tarif masuk yang tinggi barang dari Cina dan sebaliknya) pasti akan mengganggu rantai pasoknya. Negara-negara Dunia ketiga, macam Indonesia, Filipina dan Negeri-Negeri di Afrika, dalam himpit Imperialisme lewat berbagai perjanjian Internasional yang timpang, sehingga diposisikan sebagai sumber bahan mentah, terseok-seok neraca perdagangan Internasional di sisi eksportnya. Yang berakibat pada berkurangnya cadangan devisa sebuah Negara. Yang dalam istilah sekolah disebut resesi. Sampai di sini paham? Bukan kaum buruh penyebabnya!

Rencana pemerintah yang akan merevisi justru akan membuka keadaan perekonomian semakin buruk. Karena bukan itu sumber masalahnya. Justru, akan memperdalam penderitaan kaum buruh di Negeri ini, dengan menghapus pasal-pasal yang selama ini melindungi buruh. Mestinya, Jokowi – JK bisa mengambil pelajaran dari kegagalan resep infrastruktur, yang itu juga merupakan racikan dari Imperialisme lewat tangan-tangannya di lembaga keuangan dunia seperti IMF dan WB.


Tapi apa lacur, Jokowi memilih tidak bersama kaum buruh dan rakyat yang telah memilihnya, Ia memilih bersama para pemilik modal, mengambil jalan neoliberal yang anti rakyat. Indikasi itu semakin terang ketika aparatur keamanan rezim ini membungkam kritik dengan menghadang dan menangkap kaum buruh yang hendak menyampaikan dan mengingatkan Jokowi – JK secara langsung; Bahwa bukan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang membuat ekonomi hari ini melemah, tapi jalan ekonomi politik yang kalian tempuh penyebabnya, yang menghamba pada Imperialisme!

Terakhir. Rencana revisi ini ibarat orang sakit kepala dikasihnya obat pencahar. Sakit kepala tidak reda akan timbul masalah baru. China dan Amerika yang perang dagang kok kaum buruh di Indonesia yang suruh menanggung dampaknya. Ya tidak begitu, Wi!

Sekian.

Apalagi?

Lawan! Sebelum semua menderita.