Sepotong Malam Mengenang Ikhsan Prajarani
Malam menunjukkan penanda 22:37, ketika kami menyelesaikan sebuah diskusi. Semalam, adalah kesempatan bagi kami untuk menyusun rencana panjang atas harapan buruh-buruh konstruksi di Proyek PLTU di Muara Enim. Kondisi kerja yang buruk, telah menempatkan mereka pada posisi yang benar-benar terpojok. Upah di bawah UMK, jam kerja panjang, upah lembur tidak dibayar, kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang buruk, dan terparah adalah adanya perbedan perlakuan antara mereka dengan tenaga kerja asing. Diskriminasi.
Sebelum kami benar-benar menutup diskusi semalam, kami menyisihkan sepotong waktu untuk meluruhkan doa bagi seorang sahabat: Muhammad Ikhsan Prajarani. Dari sekitar 35 orang yang hadir, hanya 2-3 orang saja yang mengenali dan pernah bertemu dengan Ikhsan, diantaranya Noprizal dan Donsi. Selebihnya, bahkan baru mendengar namanya malam itu. Tapi, tak ada jarak yang memotong batas di antara kami. “Perjuangan Ikhsan, melampaui batas dan ruang yang terbentang di antara kami,” ucap Tajudin, Ketua Serikat Buruh di PLTU yang malam itu memimpin kawan-kawannya berdiskusi.
Kami menunduk khusyuk, ketika mendaraskan ayat-ayat penuh pengharapan. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat yang meluncur lirih dari mulut kami, berisi pengharapan dan doa keselamatan; bagi Ikhsan dalam perjalanan panjangnya dan juga bagi kami sendiri yang sedang menempuh perjuangan panjang. “Ikhsan, adalah sahabat yang senantiasa menemani perjuangan kami,” ucap Donsi lirih memberikan kesaksian. Baginya, bersama Adri Susanto dan Didi Pahlepi, Ikhsan merupakan perintis sekaligus pemimpin inspiratif dalam perjuangan serikat buruh di tempatnya bekerja. Perubahan kondisi kerja yang perlahan-lahan membaik dan terwujudnya PKB, rasanya merupakan prasasti terbaik Ikhsan dkk dalam perjuangan di tempat kerjanya.
Namun, bagi sebagian yang lain, cerita Ikhsan adalah perjalanan yang lebih panjang. “Dia adalah pemimpin yang inspiratif, penuh dedikasi, dan memberikan sebagian besar waktunya untuk serikat,” ujar Noprizal, mantan Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Pulp dan Kertas Indonesia (FSP2KI). Ikhsan, sepanjang menjadi Sekjen FSP2KI, rasanya telah memberikan teladan bahwa solidaritas dan kesetaraan itu benar ada. Solidaritas karena semua yang membutuhkan dirinya, akan dibantu tanpa pernah berhitung lelah dan sakit. Setara, dirinya telah memberikan sebuah contoh bahwa semua setara di serikat buruh. Ikhsan yang notabene adalah buruh “outsourcing” pada sebuah perusahaan kertas terkemuka di Muara Enim, percaya diri memimpin federasi. Sekretaris Jenderal FSP2KI Fatkuroji alias Roji memberikan kesaksian tentang keberanian Ikhsan. “Dia selalu berada di depan. Pendobrak kebuntuan yang handal, tapi juga seorang administrator serikat yang hebat,” ujar Roji.
Malam kian larut. Rintik hujan di pelataran menyapu debu-debu. Raung suara motor dan mobil di jalanan mengingatkan kami pada sebuah kejadian sore itu: Ikhsan kecelakaan! Sempat koma untuk beberapa saat dan akhirnya Tuhan Yang Maha Cinta memanggilnya. Selamanya. Doa kian luruh, meliputi seluruh pikiran. Pengharapan terbaik, untuk sahabat terbaik. Ikhsan, damailah jiwamu di sisiNya. Doa kami, senantiasa mengaliri pusaramu.
Terima kasih, Ikhsan; juru bicara terbaik, bagi orang-orang yang tersisihkan.
Muara Enim, 12 Februari 2020
Khamid Istakhori.
Posting Komentar