Diskriminasi terhadap pekerja muda harus segera diakhiri!

 


Panggilannya Afri, organiser Federasi SERBUK Indonesia di sebuah pulau di Nua Tenggara Barat, Lombok. Saat pulau tersebut diguncang gempa, Afri menjadi salah satu organiser yang bekerja bersama dengan relawan dari berbagai organisasi. Kehadiran SERBUk di lokasi tersebut, dirasakan sangat istimewa. SERBUK menggalang dukungan dan bersama BWI Global Union, berhasil mendonasikan pembuatan sumur untuk 3 lokasi terdampak. “Ketika ide untuk membangun sumur dibuat, yang ada dalam benak kami hanya satu, begaimana menolong warga yang mengalami bencana,” kenang Afri.

Awal ketertarikannya terhadap serikat buruh dimulai saat dirinya masih kuliah di Yogyakarta. Interaksi dengan kawan-kawan di Yogyakarta, mempertemukannya dengan pendidikan keserikatburuhan yang mengantarkannya pada aktivitas pengorganisasian buruh. Demikian pula ketika dirinya bekerja di Lombok, pada sebuah instansi. Pengalaman bekerja itu pula yang mendorongnya untuk tetap aktif menjalankan kegiatan berserikat, sebab di tempatnya bekerja, kerap kali melihat hambatan-hambatan yang dihadapi pekerja, terutama pekerja muda yang masih minim pengalaman. “Kami mengalami diskriminasi ketika mulai bekerja, perbedaan upah dan perlakuan diskiriminatif haruskami terima, apalagi kalau kami berasal dari daerah, bukan kota besar,” keluh Afri.

Dunia kerja saat ini, tidak sinkron dengan pendidikan yang ditempuh seseorang. Seringkali dirinya menemukan kenyataan yang sangat berbeda dengan apa yang dipelajari ketika kuliah. “Lulusan unversitas gagap memasuki dunia kerja, karena perbedaan antara yang dipelajari dengan pekerjaan,” kata Afri lebih lanjut. Menurutnya, dunia pendidikan tidak pernah membekali lulusannya dengan kebutuhan yang memadai sehingga sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai.”Ujung-ujungnya, informalisasi dunia kerja membuat kami semakin kesulitan mendapatkan kerja yang layak,tidak ada job yang permanen,” cerita Afri.

Menyambut #IYD2020, Afri mengemukan harapannya agar pemerintah Indonesia dan juga pemerintah negara-negara lain secara global, lebih memberikan kesempatan kepada pekerja muda untuk berperan secara signifikan. “Bagaimana kami akan berpengalaman kalau sistemnya tidak memungkinkan kami terlibat lebih banyak karena tidak ada kesempatan?’ tuturnya.

#IYD2020, juga diharapkan memberikan kesadaran kepada pekerja muda untuk membangun serikat dan belajar lebih serius terkait hak-hak dasarnya sebagai pekerja. Dalam pandangan Afri, pekerja muda kadang terlalu optimis dengan bekal pendidikan yang dimilikinya sehingga mereka lupa bahwa sebenarnya, di dunia kerja, hambatannya jauh lebih besar. “Ketika bekerja, semua buruh mendapatkan ancaman yang sama, semua rentan diPHK sehingga harus memperkuat dengan serikat buruh,: ajak Afri penuh semangat.

Saat ini, Afri berada di Lombok. Mengorganisir buruh-buruh pada proyek konstruksi, termasuk proyek infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus untuk gelaran MotoGP F1 yang rencananya akan digelar tahun depan. Di proyek tersebut, Afri melihat diskriminasi yang juga dialami pekerja, terutama dalam situasi opandemi Covid-19 ini. “Pandemi ini menjadi alasan bagi perusahaan untuk memPHK pekerja, merumahkan, dan memotong upahnya. Pemerintah harus berytindak untuk menghyentikan ini semua,” tegas Afri.

Kepada BWI Global Union, Afrimemberikan apresiasi karena sangat aspiratif menerima ide-ide pekerja muda untuk terus berkembang. “Pekerja muda yang hari ini merintis pembangunan serikat buruh, adalah pemimpin-pemimpin potensialo di masa mendatang. BWI telah menunjukkan keberpihakannya pada isu ini,” tutur Afri.

Selamat merayakan #IYD2020. Pekerja Muda Harus Berserikat! Amandla!

Afrida Nur Chasanah (24)

Organiser SERBUK di Lombok, Nusa Tenggara Barat.