Tangan dan Otot Kami yang Membangun Kota-Kota ini Menjadi Kota yang Megah dan Bermartabat!

 


Sebuah kota: taman-taman, gedung pemerintahan, stasiun, pelabuhan udara, jalan raya dibangun oleh tangan-tangan yang kuat, otot-otot yang tangguh. Buruh konstruksi, bekerja dengan sepenuh hati untuk sebuah kota yang yang megah dan bermartabat. “kami bekerja siang malam untuk membangun kota, tapi hidup kami tergusur dan asing dari kemegahan itu,” kata Agus Mugiyono, Sekretaris Serikat Buruh Konstruksi Indonesia (SBKI) dari kota kecil di Yogyakarta bernama Gunung Kidul.

Baginya, nasib buruh konstruksi berada dalam kerentanan yang sangat besar. Informalisasi sudah terjadi sejak perekrutan. Dalam sebuah proyek konstruksi, buruh konstruksi tidak mengetahui siapa sebenarnya majikannya. Perekrutan yang berlapis, kadang hingga 5-7 lapis. Implikasinya, tentu saja ketidakpastian kerja, upah yang sudah dipotong oleh para mandornya dan tidak ada perlindungan kesehatan untuk mereka. “Kalau kami menmgalami kecelakaan kerja, kami harus menanggungnya sendiri,” tutur Agus.

Di masa pandemi Covid-19, situasinya semakin buruk. Banyak proyek infrastruktur yang berhenti dan pekerja konstruksi terpaksa harus menganggur. Permasalahan baru kemudian terjadi. Karena tidak bekerja, tentu saja mereka tidak mendapatkan upah, sedangkan hidup mereka bersama keluarga harus tetap berjalan, termasuk biaya sekolah untuk anak-anak mereka. “Pandemi Covid-19 menjadikan kami semakin terpuruk, kami kehilangan pekerja dan tentu saja tidak mendapatkan upah,” keluh Agus.

Menyambut International Youth Day (#IYD2020), Agus berharap suaranya terdengar lebih keras. Organisasi yang dibentuknya dengan susah payah, dia harapkan memberikan perlindungan dan dukungan untuk perjuangannya. Menurutnya, menjadi anggota serikat buruh banyak memberikan keuntungan, salah satunya pengetahuan yang memadai tentang hukum perburuhan dan hak-hak dasar buruh. “Kami sekarang tahu, bagaimana menghitung upah dan upah lembur kami,” katanya dengan bangga.

Agus menyadari bahwa membangun sebuah serikat buruh untuk pekerja-pekerja informasl seperti dirinya memiliki tantangan yang lebih besar. Selain karena hubungan kerja yang tidak jelas dengan majikan, masalah lainnya adalah tempat kerja yang berjauhan. Bisa saja, sebagian pekerja berada di Yogyakarta, sementara pekerja lainnya berada di kota lain yang jauh. “Kami mengalami kesulitan untuk mengadakan pertemuan, kawan-kawan bekerja di lokasi yang terpisah,” kata Agus. Kepada buruh-buruh konstruksi yang belum berserikat, Agus menyerukan agar mereka membangun kolektif dan segera berserikat. Menurutnya, kondisi yang serba tidak pasti, harusnya menambah motivasi untuk berjuang.

Selamat memperingati Internatiopnal Youth Day 2020. Amandla!

Agus Mugiyono, Sekretaris SBKI.

Agus Mugiyono (31)

Sekretaris Serikat Buruh Konstruksi Indonesia (SBKI) Gunung Kidul, Yogyakarta.