Cerita dari Bawah: Buruh Melawan Korupsi



Catatan: Khamid Istakhori

Berawal dari obrolan ringan setelah idulfitri, kami merencanakan pertemuan kecil. Akhirnya, pertemuan itu bena rterjadi; saya, Uda Nanang, dan Mas Agus Sarwono yang akrab disapa Tile. Pertemuan di halaman belakang kantor TI Indonesia tersebut, meneruskan obrolan whatsApp. To the point, tentu saja obrolannya seputar kondisi KPK yang menghadapi ‘sakaratul maut’. Lalu, lahirlah ide untuk bikin diskusi reguler (online) ngomongin isu seputar KPK dan gerakan antikorupsi.

Ide pertama, diskusi online mengundang narasumber tokoh-tokoh gerakan antikorupsi, lalu kawan-kawan buruh jadi audiennya. Tapi, ide itu langsung rontok. Seolah-olah, memandang “ceramah-ceramah” dari aktivis antikorupsi kepada buruh itu akan menjadi cerita hebat. Kami tak mau dicap menggurui. Kedua, mengundang kawan-kawan KPK (siapa pun dia) untuk bercerita betapa hebatnya lembaga antikorupsi itu “berjihad” melawan korupsi. Semacam kursus membahas undang-undang, regulasi, dan segala rupa yang tujuannya mengajarkan perlawanan terhadap korupsi. Lalu, ide itu juga mentok. Gak asyik karena kerjanya top down, dalam pikiran kami bertiga.

Kami kemudian menemukan benang merah, bahwa sepanjang sejarah perlawanan terhadap korupsi (utamanya dukungan untuk KPK) dan salah satunya dukungan terhadap pasukan cicak melawan buaya darat selama ini selalu mendapatkan dukungan dari elemen masyarakat. Terutama kawan-kawan buruh, petani, miskin kota, pelajar, dan masyarakat kecil yang sangat terbantu dengan penindakan-penindakan terhadap tikus koruptor? Ide itu kami tangkap.

Lalu,kami merumuskan dengan sangat sederhana bentuk acaranya. Pertama, mengundang orang-orang dari level basis untuk bercerita pemahaman mereka mengenai korupsi, dikaitkan dengan perjuangan keseharian mereka. Kedua, kami meminta mereka bercerita, apa dampak korupsi untuk anggota komunitas. Ketiga, kami ingin mendengar upaya yang sudah dilakukan di tempat mereka bekerja. Keempat, kami meminta mereka menawarkan ide-ide untuk dukungan terhadap perlawanan korupsi.

Lalu, jadilah diskusi online melalui zoom itu dilaksanakan pada 27 Mei 2021. Ada 3 narasumber yang kami undang. Narasumber pertama, Ali Presetyo, Sekretaris Regional DIT/Jateng Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) yang bercerita korupsi-korupsi di sektor pariwisata dan bagaimana serikat pekerja berjibaku melawan itu semua. “Kami paling sering menghadapi perilaku pelanggan yang meminta mark up tagihan,” ujar Ali. Narasumber kedua, Tri Joko Susilo, Sekretaris Serikat Pekerja Listrik Area Solo Raya (SPLAS), pekerja outsourcing PT PLN dari Palur, Solo. Prestasinya? Menyelamatkan uang sebesar Rp. 2 miliar dari dana pensiun pekerja yang tidak dibayarkan vendornya. Narasumber ketiga, Bungarosi, perempuan dari timur, Ketua Umum Gabungan Serikat Buruh Nusantara (GSBN) Sulawesi Selatan. Sejak 2008, saya mengenalnya sangat gigih melawan ketidakadilan terhadap buruh. Salah satunya, mengadvokasi buruh-buruh perempuan yang upahnya hanya dibayar 1,7 juta, padahal UMK Makassar sebesar 3 jutaan. Terakhir, Yudi Purnomo Harahap, Ketua Wadah Pegawai KPK memberikan beberapa catatan atas cerita para narasumber dan mengajak sinergi dalam perjuangan. Bisa dibayangkan, betapa panasnya cerita-cerita Yudi terkait perlawanan #75pegawaiKPK.

Diskusi kecil itu, mungkin remeh temeh. Mereka bisa saja belum hafal UU Tipikor, belum sepenuhnya mengerti putusan MK atas JR terhadap revisi UU KPK. Mereka juga tidak mengenal tokoh-tokoh besar di Jakarta. Tapi, jangan ragukan: mereka garda terdepan melawan korupsi dari bawah. 

Pada akhir diskusi, beberapa kawan memberikan tanggapan dan komentar. Juga lahir banyak rencana. Yang paling menggembirakan, tentu saja diskusi ini akan kami lanjutnya. Pada putaran kedua, kami merencanakan mengundang 3 buruh perempuan dari 3 kota. Kami membayangkan, mereka akan bercerita tentang korupsi terhadap jaminan kesehatan, BPJS, hak-hak kesehatan reproduksi, dan buruh perempuan yang hak-haknya seringkali dibawah pekerja laki-laki. Semaunya, tentu saja masuk dalam kategori korupi di tempat kerja.

Terakhir, para pimpinan serikat pekerja yang hadir dalam diskusi bersepakat bulat mendukung perjuangan eluruh pegawai KPK dalam melawan ketidakadilan di Gedung Merah Putih. Dalam 2-3 hari ini, kami merumuskan bentuk konkret dukungannya. Menarik untuki menunggu realisasinya!

Jakarta, 29 Mei 2021