Waspadalah Terhadap 'Benalu'



Oleh : Agus Mugiyono*

Lima bulan sebelum lebaran, saya bekerja di salah satu tempat di Jogja. Di Situ saya bekerja sebagai kuli bangunan yang berposisi sebagai kenek atau helper. Sekitar satu bulan lamanya saya bekerja di Proyek (tempat kerja), suasananya nyaman-nyaman saja. Namun setelah satu bulan itu, keadaan mulai berubah. 

Terasa sekali perubahan suasana karena mulai ada gesekan antara mandor dan pemborong (pemborong di sini masih merupakan orang kantor yang membangun perumahan). Singkat cerita, Saya mulanya bisa bekerja di Proyek ini karena diajak oleh mandor saya. Secara otomatis saya cenderung membela mandor saya karena mandor dan tim saya mulai bekerja dari nol alias babat alas. Setelah rumah sudah berdiri sekitar 3-4 unit rumah, saat itulah konfliknya mulai terlihat jelas. 

Suatu hari saya curiga kepada mandor saya karena tidak pernah muncul di Proyek. Setelah saya telusuri ternyata Proyek itu sudah diambil alih langsung oleh pihak kantor. Usut punya usut ternyata mandor saya didepak atau diserobot oleh pihak kantor. setelah saya tahu mandor saya didepak, saya langsung mengkonfirmasi langsung ke mandor atas benar salahnya berita tersebut. Dan ternyata benar, mandor saya telah didepak secara sepihak oleh pihak kantor. 

Saya bersama tim kemudian berdikusi terkait kelanjutan nasib kami di Proyek. Hasilnya, kami memutuskan untuk menelfon mandor saya lagi untuk minta saran terkait nasib kami di Proyek tersebut. Jawaban mandor memutuskan untuk kami tetap bekerja di Sana untuk sementara waktu sambil menunggu mandor saya mendapat Proyek lagi. 

Selama kami bertahan di Situ, tiba-tiba ada Dua teman kami dari tim yang dikeluarkan secara sepihak. Ketika saya bertanya kepada pemborong mengenai mengapa teman saya dikeluarkan, pemborong menjawab dengan berkelit bahwa proyek sudah mau selesai. Namun setelah satu minggu teman saya keluar, si pemborong atau orang suruhan kantor ini justru malah membawa atau memperkerjakan satu tim yang berisi orang baru.

Usut punya usut lagi, ternyata di dalam tim kerja kami ada benalunya. Si benalu ini berasal dari salah satu kota di luar Jogja. Benalu ini melakukan kongkalikong dengan pemborong. Ternyata dia, si benalu bekerjasama dengan orang kantor untuk menekel atau menggeser mandor dan tim kami. 

Lalu suatu hari, saya bertemu dengan mandor saya di salah satu acara pernikahan saudara saya. Mumpung ada kesempatan ketemu langsung dengan mandor, saya langsung mengajaknya berdiskusi tentang masalah yang terjadi di Proyek. Akhirnya mandor saya bercerita banyak tentang apa yang terjadi di Proyek. Dan yang membuat saya tercengang adalah si benalu tersebut sudah hampir menekel atau menjegal mandor saya sejak proyek yang sebelumnya (proyek talud), tapi rencana si benalu gagal lantaran sudah tercium rencana busuknya oleh mandor saya.

Setelah saya berdikusi panjang lebar dan mendengarkan cerita mandor saya, akhirnya saya memutuskan untuk ikut keluar dari proyek tersebut. Namun sebelum saya keluar, saya berdiskusi lagi dengan tim. Setelah saya ceritakan permasalahannya, akhirnya tim saya sepakat mengikuti saya keluar. Akhirnya saya dan tim memutuskan bubar dari Proyek, sehingga pekerjaannya diteruskan secara terbatas dengan beberapa orang saja oleh timnya si benalu. 

Pada saat tim saya sudah tidak kembali ke proyek, Saya sempat kembali ke Proyek untuk mengambil peralatan saya. Pada saat itu saya bertemu dengan pemborong. 

Ia bertanya kepada saya, "Gimana kok bubar?".

Saya hanya menjawab, "Ya Bubar".

Setelah itu saya langsung melenggang pergi dengan perasaan campur aduk. 

Menuju pulang saya sempatkan mampir ke rumah teman (orang lokal) yang juga bekerja di Proyek. Beberapa teman itu berbertanya kepada saya mengapa kami bubar. Saya hanya menjawabnya sedikit dengan bercerita kepada mereka tentang permasalahn yangg terjadi di proyek agar mereka tidak mengikuti jejak kami dikarenakan mereka tidak tahu menahu. Biar saja teman-teman ini tetap fokus mencari nafkahnya. 

Menurut saya, kerja itu tidak hanya urusan asal bisa kerja atau mendapat uang saja. Di Sana ada perjuangan untuk keadilan. Untuk bersolidaritas. Untuk bisa saling menguatkan satu sama lain sesama para pekerja. Maka dari itu berhati-hatilah dengan 'benalu' di dalam teman kerja. Ia bisa sangat licik melakukan sesuatu hanya untuk keuntungannya sendiri. Ia tidak peduli jika itu harus mengorbankan sesama teman kerjanya. 

Wahai para 'benalu' di manapun berada. Ingatlah bahwa menjadi benalu itu sama artinya dengan menjadi pengganggu. Dan para pengganggu seringkali hidup dengan tidak bahagia. Kalau tidak hari ini, pasti nanti akan tiba juga saatnya. 


Gunungkidul, Juni 2021


*Penulis adalah Sekretaris Umum SBKI-SERBUK Indonesia