Red Campaign 8 Fingers Strike: Solidaritas untuk perjuangan Rakyat Myanmar

Hari ini, Federasi SERBUK menerima kiriman beberapa foto aksi dari saudara-saudara di Myanmar. Dalam foto-foto tersebut, mereka mengenakan kaos berwarna merah dengan gestur 8 jari sebagai bagian dari kampanye bertajuk “Red Campaign-8 fingers strike”. Min Lat, Presiden Federasi Serikat Pekerja Konstruksi Myanmar (Building and Woodworkers Federation of Myanmar/BWFM) menyebutkan bahwa aksi 8 jari merupakan upaya untuk memperingati perisitiwa dalam gerakan 1988.


Menurut Min Lat, pada 1988, militer Myanmar melakukan represi terhadap masa rakyat yang melakukan aksi unjuk rasa di Myanmar. Peristiwa pada 1988 tersebut, menewaskan ribuan rakyat Myanmar, persis seperti yang mereka lakukan pada tahun ini,” ujar Min Lat dalam pesan pendek kepada SERBUK. “Ribuan orang terbunuh ketika melakukan aksi protes, peristiwa tersebut kencapai puncaknya pada Agustus 1988,” ujar Min Lat.Protes tersebut dimulai sebagai gerakan mahasiswa dan sebagian besar diorganisir oleh mahasiswa di Universitas Seni dan Sains Rangoon dan Institut Teknologi Rangoon (RIT).

Gerakan 1988 di Myanmar, diawali oleh aksi-aksi mahasiswa pada 8 Agustus 1988 dan kemudian merebak ke seluruh penjuru negeri. Selain mahasiswa, ratusan ribu biksu, anak-anak, ibu rumah tangga, dokter, dan rakyat miskin memprotes pemerintah. Aksi besar kemudian berakhir pada 18 September setelah kudeta militer berdarah oleh State Law and Order Restoration Council (SLORC). Ribuan kematian telah dikaitkan dengan militer selama protes besar ini,sedangkan pihak Pemerintah menyebutkan kematian hanya sekitar 350 orang. 

Sementara itu, Phyo Sandar Soe, Sekretaris Jenderal BWFM menyebutkan bahwa aksi yang digalang hari ini, sebagai upaya untuk mengenang gerakan 1988. “Kami mengunakan tema yang sama untuk mengingat kembali kejadian 1988,” ujar Sandar melalui pesan pendek. Menurutnya, watak represif militer selalu sama dan mereka menyisakan wajah kekejaman yang mengerikan. “Utang pada 1988 harus dibayar pada 2021,” tegas Sandar.

Dari Indonesia, Ketua Umum Federasi Serikat Buruh Kerakyatan (SERBUK) indonesia Usman Sofyan menyampaikan solidaritas mendalam untuk perjuangan Rakyat Myanmar yang terus berjuang menegakkan demokrasi. Menurutnya, perjuangan di Myanmar, harus didukung dengan solidaritas global untuk mendukung perjuangan melawan kekuasaan rejim militer yang melakukan kudeta. “Sebagai bagian dari BWI, kami menyampaikan dukungan dan solidaritas untuk kawan-kawan BWMF dan seluruh Rakyat Myanmar,” tegas Usman.

Kampanye dengan gestur 8 jari merupakan kesatuan dari kampanye sebelumnya berupa gestur 3 jari. Awalnya, aksi unjuk rasa menggunakan gestur 3 jari, sebagai simbol perlawanan terhadap kudeta militer. Aksi ini terinspirasi dari aksi serupa di Thailand ketika menolak kudeta militer (2014). Gestur 3 jari, mereka adaptasi dari karya fiksi populer, The Hunger Games (Suzanne Collins). Gaung besarnya adalah upaya untuk menolak pemerintah militer dan mendukung Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, bersama dengan tokoh-tokoh pro-demokrasi dan para aktivis.


Pada April 2021 yang lalu, SERBUK Indonesia juga tergabung dalam gerakan Gowes for Democracy yang diinisiasi oleh gerakan masyarakat sipil di Indonesia sebagai upaya menolak kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing, pimpinan kudeta militer dalam Pertemuan Pemimpin ASEAN di Jakarta pada April 2021.

***