Perempuan-Perempuan di Tanah Ibu

/1/.
Perempuan-perempuan di tanah ibu 
Pandangannya menengadah langit, 
Kakinya menancap bumi 
Di hatinya, hamparan samudera 
Penuh dengan bakti 
Pada kehidupan 

Perempuan-perempuan di tanah ibu 
Merawat kelahiran 
Menumbuhkannya dengan penuh harapan 
Seluruh cinta yang dimilikinya, 
Dihadirkan, 
Tanpa ada yang terlewatkan 

Namun, mengapa tanah ini seperti sunyi dan gersang? 
Padahal hujan masih terus saja turun 
Sungai tetap meliuk dengan lekuk dan liuknya yang seperti naga raksasa 
Apakah ada yang sengaja merusaknya? 

Oh ibu, oh ibu 

Ini tanah dan air yang telah kau berikan, 
Kini rasanya semakin mahal, semakin jauh. 
Padahal, bukankah kau telah memberikannya dengan murni dan bebas kepada kami? 
Siapakah mereka ibu, yang telah merampasnya? Siapa? 

Dan kini, kami hidup menjual pikiran dan tenaga 
Menukarnya dengan angka
Sebab beras dan aneka lauknya seluruhnya berisi angka-angka 
Sehari-hari, angka dan angka terus melipatgandakan jumlahnya 

Ya, angka dan angka, Ibu. 

/2/.
Dan kami bekerja, 
Menanak nasi, menumbuk padi, merangkai bunga, melinting tembakau, menyapu halaman, mencatat hari, mengumpulkan lembaran-lembaran yang begitu tebalnya. 

Dan kami merasa awas, 
Masih begitu banyak pandangan yang merendahkan kami, melemahkan kami, menyudutkan kami, menelanjangi kami, dan melecehkan kami sebagai manusia. 

Dan kami menjadi waspada, 
Memperhatikan semuanya, mempelajari seluruhnya, menghitung berbagai kemungkinannya, dan mata, dan hati kami dilatih menjadi tajam karenanya. 

Dan kami bersuara, 
Setiap manusia memiliki hak yang sama, kesempatan yang sama, ruang berkembang yang sama, penghidupan yang sama, dan hidup yang telah begitu beratnya, hanya mampu diselesaikan dengan bekerja sama. 

Dan kami perempuan, 
Sudah bukan lagi hanya penduduk rumahan. 
Dan kami perempuan, 
Bergerak aktif untuk kemajuan dan perubahan. 
Dan kami perempuan, 
Terus berjuang untuk setiap hal yang menyakiti kemanusiaan. 

/3/.
Perempuan-perempuan di tanah ibu
Mimpinya berterbangan, 
Menyebarkan harum melati dari rimba hutan, melewati perkampungan, memasuki pabrik-pabrik, memasuki gedung-gedung perkantoran. 

Perempuan-perempuan di tanah ibu 
Mengumpulkan barisan, bersatu dengan yang lain untuk perjuangan, menjunjung tinggi cita luhur bernama kemerdekaan. 

/4/. 
Perempuan-perempuan di tanah ibu 
Akan selalu hadir di setiap zaman, 
Menjelma suara-suara yang menolak diam, menolak tunduk, pada penghisapan, pada penindasan. 

Perempuan-perempuan di tanah ibu, 
Menyanyikan ninabobo untuk mengantar lelap tidur bayi-bayinya. 
Menyanyikan perlawanan untuk penguasa dan semua manusia lainnya, yang coba merampas hak-hak hidupnya. 

/5/.
Perempuan-perempuan di tanah ibu 
Abadi selamanya. 


Mh Maulana
Yogyakarta, 22 Desember 2021