"Beban kerja tak sebanding dengan upah yang didapatkan," begitu kesimpulan dari pertemuan pengurus perwakilan dari tiap-tiap rayon Serikat Pekerja Listrik Area Solo Raya (SPLAS-SERBUK).
Bekerja sebagai Tenaga Alih Daya (TAD) PLN, para pekerja ini dipaksa menerima upah begitu-begitu saja, boleh dibilang rendah. Sebabnya meski sudah pekerja belasan, bahkan, ada yang lebih dari dua puluh tahun upah yang diterima setiap bulannya, hampir, seperti pekerja dengan masa kerja nol tahun, dengan beban pekerjaan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Apalagi jika diukur dengan beban hidup terus bertambah dan kemampuan fisik berangsur menurun, upah yang diterima sama sekali tidak mencerminkan itu. Padahal di situ ada kontribusi besar TAD yang membuat PLN bisa sebesar sekarang.
“Harus ada perubahan.” Tegas Purwanto, Ketua SPLAS, tidak menyerah pada keadaan. Ragam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Joko Widodo ini memang bertubi-tubi melukai kelas pekerja, dan rakyat pada umumnya. Dari Omnibus Law, menaikkan harga BBM, sampai secara konsisten mempersempit ruang demokrasi. Pak Pur tentu sadar betul, jika tidak ada perubahan maka hidup akan semakin rekasa.
Perubahan yang diimpikan tak semudah menekan tombol hati pada Instagram, hal itu disadari betul oleh SPLAS. Maka dari itu, membekali diri dengan segala ragam pengetahuan dan kebisaan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Rapatkan barisan.
Rencana telah disusun dengan rapi. Konsolidasi dikemas semakin rapat. Hari-hari depan telah disepakati untuk diisi pendidikan dan pelatihan. Terdekat, akhir bulan ini akan menjadi ajang pertama mengusahakan perubahan, ke arah lebih baik. “Kalaupun perubahan itu tak terjadi hari ini biarlah itu kelak menjadi warisan untuk anak cucu, dengan menikmati kehidupan yang lebih baik.” Terang Pak Pur dalam sesi penutupan rapat. (Hnw)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.