Duka Mendalam Gempa Bumi Cianjur

Gempa bermagnitudo 5,6 yang terjadi di Cianjur pada Senin (21/11) dirasakan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan dengan koordinat gempa di 6,83 Lintang Selatan dan 107,06 Bujur Timur dengan kedalaman 5 km. Jarak Jakarta-Cianjur adalah 118 km. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 136 gempa susulan setelah gempa pertama terjadi.

Hingga hari ini (22/11) dilaporkan jumlah korban tewas bertambah menjadi 268 orang, sementara 151 orang masih hilang, dan hanya sekitar 122 jenazah yang berhasil diidentifikasi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.000 orang luka-luka dan sekitar 58.362 orang harus mengungsi, sedangkan infrastruktur dan rumah rusak total 22.198 unit.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Cianjur juga mencatat gempa merobohkan 142 sekolah dan memaksa anak-anak mengungsi. Sampai saat ini pasokan listrik masih terganggu dan longsor terjadi di berbagai tempat. Kabar terbaru menyebutkan sebanyak 322 gardu listrik terdampak dan 50.000 pelanggan kekurangan pasokan listrik.

Cianjur merupakan daerah pertanian dan bukan kota industri sehingga secara umum dampaknya berdampak langsung terhadap lahan pertanian, peternakan, dan menghentikan berbagai aktivitas pekerja informal di sana. Secara umum, sebagian besar korban adalah anak-anak dan berdampak langsung pada kegiatan pendidikan di kota.

Gempa bumi dengan daya rusak sangat tinggi merupakan siklus 20 tahunan di Cianjur. Sebelumnya, gempa serupa juga pernah terjadi pada tahun 2000 dan 1982 dengan dampak yang sangat besar. Sejak tahun 1884, telah terjadi 14 kali gempa serupa dengan daya rusak yang luar biasa. Saat ini Pemerintah Indonesia masih fokus pada upaya penyelamatan pendudukan dan perbaikan infrastruktur vital di Cianjur. 

Ketua Umum Federasi SERBUK Indonesia, Adi Pratomo mengajak serikat pekerja menggalang solidaritas dengan daya dan kemampuan yang dimilikinya. "Kita berharap solidaritas dapat diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui penggalangan dana untuk membantu korban," tutur Adi. (khi)