Tasyakuran SPLAM: Semangat Baru dan Perayaan Kemenangan

Selasa (10/1/23), bertempat di dusun Sanden, Wonolelo, Sawangan, kabupaten Magelang, konsolidasi kemenangan Serikat Pekerja Listrik Area Magelang (SPLAM) diselenggarakan. Hawa dingin dari lereng gunung Merbabu dan medan jalan ke lokasi yang cukup curam tidak mengurangi semangat dari anggota untuk hadir. Seperangkat audio, alat musik, serta biduan juga ikut di hadirkan untuk memeriahkan suasana. 

Andri, perwakilan SPLAM Korwil Borobudur memberikan sambutan sebagai tuan rumah tempat penyelenggaraan acara. “Acara ini adalah perayaan atas kemenangan kita bersama. Bertepatan dengan tahun baru yang menandakan semangat baru, maka ini juga menjadi penyemangat atas kekompakan dan kesolidan yang terus menerus harus menjadi kekuatan kita. Hidup SPLAM!” ujarnya.

Penataan kursi, panggung, dan jajanan yang disiapkan cukup terlihat meriah. Makanan khas pedesaan dan teh hangat memberikan nuansanya tersendiri. Anggota SPLAM dari berbagai Korwil hadir dengan antusias. Hadir juga perwakilan ULP PT PLN Borobudur, perwakilan PT HPI, dan Perwakilan Federasi SERBUK sebagai afiliasi dari SPLAM. 

Perwakilan ULP PT PLN Borobudur sebagai tempat kerja anggota SPLAM memberikan sambutannya yang berharap SPLAM terus kompak. Lalu, Happy Nur Widiamoko, perwakilan dari Federasi SERBUK, dalam sambutannya, menegaskan, “Ini adalah kemenangan penting kita semua. Akhirnya upah kawan-kawan SPLAM di perusahaan yang baru tidak lagi dipotong. Artinya ada kenaikan sekitar 300 ribu dari kondisi upah sebelumnya. Meskipun, kita masih memiliki PR untuk meminta kekurangan upah dari perusahaan lama yang belum diberikan.”

Acara perayaan kemenangan dengan tajuk Tasyakuran ini dihadiri oleh sekitar 100 orang. Kaos hitam bertuliskan “Ojo Nitip Nasib” (Terjemahannya: jangan menitipkan nasib) banyak dikenakan sebagai penanda kampanye dari SPLAM agar buruh, terutama di sektor kelistrikan, untuk ikut aktif dalam berjuang dan tidak sekadar pasrah serta begitu saja menitipkan nasib. Keadaan ini menjadi penting karena kalau tidak ikut berjuang, maka kekuatan buruh menjadi kecil dan hak-hak yang dicurangi atau dilanggar akan sulit untuk kembali direbut. Menjadi ironis juga, ketika hanya menjadi bagian yang tidak ikut berjuang tapi ikut menikmati hasilnya. 

Dalam acara Tasyakuran ini nampak beberapa anggota SPLAM yang mengajak keluarganya. Suasana yang akrab menjadi penghangat dari hujan khas wilayah pegunungan yang sesekali turun. Kehadiran aktif berbagai pihak ini juga menandakan bahwa kemenangan perjuangan ini adalah milik bersama. Milik buruh-buruh yang terus berjuang untuk hak dan kesejahteraannya. 

Berbulan-bulan sebelumnya, SPLAM bergelut dengan PT DJU perihal pemotongan upah yang berakhir dengan PT PLN memberhentikan kontraknya dengan PT DJU dan menggantinya dengan perusahaan vendor baru. Sanksi tegas ini akhirnya diberikan oleh PT PLN karena PT DJU masih saja memotong upah dan tidak ada niatan menghentikan serta mengembalikan upah buruhnya yang telah dicurangi. Keberhasilan pemberian sanksi tegas ini terutama dipengaruhi dari tekanan SPLAM untuk mogok kerja dan demonstrasi yang menegaskan bahwa SPLAM tidak main-main dan melakukan perjuangan total untuk hak upahnya tersebut. 

Seminggu sebelum acara ini, konsolidasi SPLAM juga dilakukan guna membahas tindak lanjut dari nota tripartit dari Dinas Tenaga Kerja yang meminta PT DJU untuk mengembalikan upah pekerja yang telah dipotong. SPLAM dan Federasi SERBUK sedang menyiapkan langkah advokasi lebih lanjut untuk menyikapi ini. Sebagai catatan, pemotongan upah yang dilakukan sebelumnya membuat para pekerja mendapatkan upah di bawah UMK. 

Tahun baru dan kemenangan ini menjadi penanda penting bagi SPLAM. Kesolidan, solidaritas, dan kekompakan perjuangan merupakan nyawa penting bagi serikat pekerja. Tanpa itu, serikat pekerja akan menjadi lemah dan kehilangan nilai tawarnya. Ke depan, pendidikan-pendidikan penting dilakukan untuk membekali pengurus dan anggota SPLAM agar semakin meningkatkan capaian-capaian yang diperjuangkan. 

Dan kembali ke lokasi acara, sesi hiburan telah dimulai. Di panggung, terdengar irama musik dan biduan menyanyikan lagu-lagu. Terlihat keriuhan yang bergembira dengan berjoget dan ikut bernyanyi bersama. Kemenangan selalu pantas dirayakan, disyukuri, dan dijadikan pembelajaran. Terdengar juga beberapa kali seruan “hidup buruh” dikumandangkan. 

Akhirnya, sejarah kembali lagi membuktikan. Berani berjuang pasti menang. Buruh bersatu tak bisa dikalahkan. (Mh)