Mengenang yang Gugur di International Worker’s Memorial Day 2023

Di antata beberapa hari yang penting dan sering terlupakan, bahkan tidak cukup populer, salah satunya tersemat setiap tanggal 28 April. 

Pada 1970, tanggal ini dimulai sebagai hari mengenang dan berkabung untuk pekerja sedunia. The American Federation of Labor and Congress of Industrial Organizations (AFL-CIO) adalah serikat pekerja yang sejak 1950an menginisiasinya di Amerika. Secara bertahap, Eropa, Afrika, hingga Asia turut melakukan hal yang sama –hingga International Labour Organizations (ILO) menetapkannya secara global pada tahun 2001.

Mengenang ini penting. Ia menghidupkan yang telah pergi, yang telah lewat, dan tak bisa lagi kembali. Mengenang memanfaatkan struktur hipopocamus pada lobus temporal di otak kita untuk selalu terjaga pada hal-hal yang selalu pantas diingat untuk kesekian kalinya.

Pekerja, dalam definisinya, sering diilekatkan dengan upah yang diterima. Padahal ada nyawa serta sehatnya fisik dan jiwa yang menubuh pada jasad para pekerja itu. Hal ini sering dilewatkan. Nalar akumulasi keuntungan perusahaan bahkan terkadang rela mementingkan sepasang sekrup daripada maut dan penyakit mematikan bagi pekerjanya.

Hal yang lebih primitif lagi dan menjadi mitos menceritakan bahwa setiap proyek konstruksi pembangunan agar kokoh, harus ada tumbal pekerja yang dikorbankan. Di kepercayaan kuno Tiongkok untuk lebih menyempurnakannya dibutuhkan tetes darah anjing segar yang disembelih. Maka, roh itu seketika akan hidup dam menjaga bangunan serta mendatangkan keberuntungan.

Tapi, kembali di zaman ini, di tengah hingar bingar melaju pesatnya teknologi dan kecerdasan umat manusia yang semakin maju, lihatlah angka kecelakaan kerja justru masih menunjukkan keadaannya yang menyedihkan!

Dari data yang dihimpun kompas.id dari 2015-2017 sejumlah 7 pekerja di Indonesia meninggal setiap harinya karena kecelakaan kerja. Jumlah yang dirilis Kementrian Tenaga Kerja (Kemnaker) dari 2020-2021 menyebutkan klaim kecelakaan kerja jumlahnya meningkat dari 221.740 menjadi 234.370. Keseluruhan total ini masih belum ditambahkan angka kecelakaan kerja yang berujung kecatatan dan kecelakaan kerja yang terjadi di sektor konstruksi informal yang belum terhimpun.

Tidak ada kerja yang sebanding dengan nyawa. Itulah mengapa pada permulaannya di tahun 1886 ratusan pekerja menjadi martir di lapangan Haymarket demi delapan jam kerja yang layak, yang terus diperjuangkan peningkatannya yang lebih baik pada kondisi kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, sampai saat ini.

Secara bertahap, kesehatan mental sebagai bagian dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga mulai menjadi prioritas. Stres akibat kerja dan penyakit mental yang muncul karena kerja bukanlah lelucon. Berdasarkan data dari Mercer Marsh Benefits pada 2022 menyebut 37% dari total pekerja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental ini. Penyebab utamanya dikarenakan kondisi finansial pekerja yang memburuk, beban kerja berlebih, dan ketidakpastian ekonomi —karena kebijakan yang semakin tidak memihak.

Kematian demi kematian membayang di pabrik-pabrik, di tempat kerja. Mereka yang terluka, yang sakit, yang menderita menanggung kepedihan itu di sana. Mengenang itu semua adalah kerja mengharukan, sekaligus membutuhkan kerja yang lebih nyata.

Maka, perkabungan dalam mengenang para pekerja yang telah pergi dan tidak melupakannya selalu menjadi relevan. Pada perhelatan International Worker’s Memorial Day setiap tanggal 28 April ini mengajak kita sekali lagi untuk menundukkan kepala sejenak. Mengucap doa dan mengenang untuk mereka yang telah tiada.

Dan setelahnya, menegakkan kembali punggung. Memandangi sekeliling. Menyaksikan masih maraknya kecelakaan kerja yang terjadi di mana-mana. Memacu tekad bahwa kita tidak akan membiarkan ini terus berlarut.

Kita akan terus mengawalnya! Mengabarkannya! Aku, kamu, dan kalian semua! (Mh)

 

28 April 2023

___

Rilis lengkap tentang aksi IWMD 2023 bisa dibaca di sini

___

Catatan:

Dalam peringatan Hari Perkabungan Pekerja Seduna atau International Worker’s Memorial Day, Federasi SERBUK menginstruksikan seluruh anggotanya untuk melakukan aksi kultural, kampanye publik, dan penyadaran di tempat kerja. Mobilisasi nasional juga dilakukan di Jakarta bersama Global Union Federation (GUF).